Acara Nonton Film “Tenggelam Dalam Diam” dan Solusi Murah Untuk Banjir Rob

- 27 Maret 2021, 05:55 WIB
Suasana nonton bareng dan diskusi film Tenggelam dalam Diam di Kios Kopi JTB
Suasana nonton bareng dan diskusi film Tenggelam dalam Diam di Kios Kopi JTB /Nur Umar/Utara Times

UTARA TIMES - Kamis, 25 Maret 2021 kemarin, sebuah film hasil produksi Greenpeace dan Watchdoc Documentary diputar di Kios Kopi JTB.

Pemutaran tersebut bertajuk “Nonton dan Diskusi Film”, acara tersebut juga menghadirkan penampilan-penampilan seperti pembacaan puisi, tari topeng, dan pentas musik.

Film “Tenggelam Dalam Diam” merupakan film yang memiliki tema khusus yakni perubahan iklim, terutama imbasnya pada pesisir utara Jawa. Film ini bercerita tentang fotografer dan pekerja seni yang melakukan pengamatan ke daerah-daerah yang sedang dan menuju tenggelam karena kenaikan muka air laut dan penurunan tanah.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Cinta Hebat', Soundtrack Serial 'Kisah Untuk Geri' yang Dibawakan Angga Yunanda dan Syifa Hadju

Sebelum dirilis ke publik luas, film tersebut sengaja ditayangkan di tengah komunitas dan warga terdampak krisis iklim. Itulah yang membuat Indramayu menjadi salah satu persinggahan film “Tenggelam Dalam Diam.” Mengingat Indramayu juga bagian dari kawasan utara Jawa sekaligus yang kerap mengalami banjir besar.

Acara nonton dan diskusi film yang berada di seberang pasar baru Jatibarang ini dimulai sejak pukul 19.30. Sebuah penampilan pembacaan puisi oleh Afud mengawali acara. Aktor muda Indramayu itu membaca puisi panjang berjudul Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizche.

Setelah pembacaan puisi, acara selanjutnya langsung ke acara inti: pemutaran film. Film berdurasi cukup panjang itu berhasil menyerap para penonton kepada persoalan krusial yang dialami kehidupan saat ini yakni kerusakan lingkungan.

Baca Juga: Bocoran Serial 'Kisah Untuk Geri' Episode 7: Cemburu, Raini Minta Geri Jauhi Dinda

Dalam film “Tenggelam Dalam Diam”, beberapa daerah tertentu digambarkan telah mengalami banjir secara bertahun-tahun. Namun, banjir itu dianalisis bukan serta-merta karena curah hujan yang tinggi, melainkan karena rusaknya alam karena ulah manusia.

Setelah pemutaran film, rangkaian acara berikutnya yakni penampilan tari topeng oleh penari cilik asal Indramayu bernama Lovie Keysa yang sudah mengantongi ratusan tropi. Lalu, ada penyair muda Indramayu sekaligus guru dan pejuang kemanusiaan, Suryana Hafidin yang turut membaca puisi.

Halaman:

Editor: Nur Umar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah