Injil dan Renungan Harian Katolik 23 Oktober 2022, Hari Minggu Biasa XXX

22 Oktober 2022, 20:56 WIB
Injil dan Renungan Harian Katolik 23 November 2022, Hari Minggu Biasa XXX /StockSnap/Pixabay

UTARA TIMES - Inilah Injil dan Renungan Harian Katolik 23 Oktober 2022 untuk hari Minggu Biasa XXX.

Injil hari ini, Minggu 23 Oktober 2022 terambil dari kitab Lukas 18:9-14.

Sementara itu Injil dan Renungan Harian Katolik 23 Oktober 2022 Minggu Biasa XXX yakni mengisahkan kehidupan orang Farisi dan Ahli Taurat.

Simak Injil dan Renungan Harian Katolik 23 Oktober 2022 sebagai berikut:

Baca Juga: Link Nonton My Ice Girl Series Full Episode, Catat Jadwal Tayang Berikut

Bacaan Injil: Lukas 18:9-14

Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang Farisi itu tidak.

Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi, dan yang lain pemungut cukai.

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini! Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”

Baca Juga: Kalender Mancing November 2022 untuk Sebulan Penuh Lengkap Tanggalan Mancing Sesuai Arus Air

Renungan Harian Katolik 23 Oktober 2022

Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengar ada dua orang yang sedang berdoa, yaitu seorang Farisi dan seorang pemungut cukai.

Orang Farisi termasuk orang terhormat, sedangkan si pemungut cukai sering dipandang sebagai orang berdosa.

Si Farisi mengungkapkan semua perbuatan baik yang telah dilakukannya. Dia bangga dengan semua perbuatan baik yang telah dilakukannya.

Seolah, Tuhan berkenan dengan doanya itu. Sebaliknya, si pemungut cukai tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan.

Baca Juga: 13 Arti Mimpi Ini Pertanda Diguyur Rezeki Mengalir Seperti Air dari Berbagai Arah Menurut Primbon Jawa

Si Farisi yakin bahwa hidupnya sempurna. Dia maumenyuapTuhan lewat doanya dengan harapan, Tuhan semakin berkenan kepadanya. Seakan Tuhan hanya mencintai mereka yang sempurna hidupnya.

Untungnya, Tuhan tidak mau disuap. Hati-Nya tidak luluh karena suap. Dia adalah Hakim yang tidak memihak (Sirakh 35:12). Tuhan mau mencintai dan sudi mendengarkan doa semua orang.

Bahkan, “Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya” (ayat 13).

Apa yang salah dengan doa si Farisi? Apa yang menyebabkan doa si pemungut cukai dibenarkan Allah? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat kita baca dalam bacaan pertama (Sirakh 35:12-14, 16-18).

Baca Juga: 10 Arti Mimpi Ini Jadi Pertanda Akan Dilimpahkan Rezeki dalam Waktu Dekat Menurut Primbon Jawa

Tuhan berkenan kepada siapa pun yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya (ayat 16). Deretan perbuatan baik si Farisi, membuatnya yakin bahwa Tuhan di pihaknya.

Dengan keyakinan tersebut dia lantas menjadi sombong dan memandang rendah orang lain.

Padahal, seorang pendoa sejati mesti semakin rendah hati. “Suap”nya (perbuatan baiknya) menuntut balasan dari Tuhan.

Sebaliknya, si pemungut cukai sadar bahwa pekerjaan yang dilakukannya adalah kotor, dosa.

Dia pantas dihakimi dan dipersalahkan oleh Tuhan. Namun, dalam doanya dia memohon dengan penuh iman, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Jeritan doa si pemungut cukai itu telah menembus awan dan Tuhan sudi mendengarkannya.

Apa yang bisa kita refleksikan dari perikop Injil hari ini? Sebagai orang Kristiani, doa mesti menjadi bagian dalam hidup kita.

Baca Juga: Weton Kelahiran Minggu Wage Mempunyai Watak, Weton Jodoh, Pekerjaan dan Rezeki Seperti Ini!

Doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan, hendaknya bukan merupakan bentuksuapkita kepada Tuhan, supaya Tuhan senantiasa memberkati kita.

Tuhan tidak bisa disuap dengan doa-doa kita. Tuhan terus menanti doa-doa yang berasal dari kedalaman hati kita, sebagai ungkapan iman dan cinta kepada-Nya.

Oleh karena itu Dia tidak pernah memalingkan telinga-Nya dan doa-doa kita.

Bahkan, ketika kita sedang dalam kesusahan, seperti kata Daud, “Hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mazmur 51:19).

Doa-doa yang kita panjatkan hendaknya membuat kita menjadimelek” (Jawa: terbuka matanya) terhadap segala kelemahan kita. Oleh sebab itu, buah dari doa yang tulus adalah kerendahan hati.

Demikian Injil dan Renungan Harian Katolik 23 Oktober 2022 untuk hari Minggu Biasa XXX.***

Editor: Rosma Nur Riana

Tags

Terkini

Terpopuler