Berkembangnya jejaring sosial kembali menggelitik semangat menulisku. Sekedar merangkai kata distatus dan mengisi caption foto yang kuunggah.
Walaupun isi nya hanya coretan receh berisi kebahagiaan dirumah bersama keluarga.
Hingga suatu ketika, kepedihan itu datang dari sana! Suami yang sudah kudampingi bertahun tahun, menemukan cinta baru pada seorang selebgram yang cantik, muda dan terkenal.
Tanpa memandang status suamiku yang beranak empat, sang gadis cantik pun, rela dijadikan yang kedua.
Ku enyahkan semua akun sosial mediaku. Marah, benci, sedih membuatku anti sosial. Ku kambinghitamkan rasa hancurku pada sosial media.
Membuka nya membuatku berduka. Tentu murka ku tak berdampak apa apa pada jejaring sosial yang kutinggalkan. Justru, perlahan kurasakan kehilangan tempat untuk menyalurkan hasrat menulis.
Allah Sang Maha Baik, mempertemukan aku dengan sahabat literasi. Seorang ibu yang menyarankanku untuk kembali menulis. Melampiaskan isi hati dan suka duka melalui aksara. "Writing is healing," sarannya.
Akhirnya inilah tulisan pertamaku. Cukup mengobati luka. Semoga, goresan tinta berikutnya mampu memberi energi positif bagi ku dan mengembalikan ketenangan. Jujur, ini bagai dendam yang tertunaikan.