sejak insiden itu, Ayu menghindari Nur, terlebih Bima apalagi, meski begitu, tidak ada yang nampak bahwa mereka sedang memiliki urusan, Widya wahyu dan Anton pun, di buat tidak sadar, bahwa ada permasalah internal pada kelompok KKN mereka. Nur, bingung, tidak ada yang bisa-
untuk di ajak berbagi, kecuali. mbah Buyut, namun, ia tidak tahu dimana beliau tinggal, pun Nur sudah mencoba mengelilingi desa, tak di temui sosok lelaki tua itu, sehingga akhirnya, Nur berinisiatif menyelesaikan ini sendiri, ia menemui Bima, sore itu, mengajaknya ke tepi sungai
"ceritakno sing gak isok mok ceritakne nang ngarep'e Ayu" (ceritakan yang gak bisa kamu ceritakan didepan Ayu)
Bima tampak menimbang apakah dia harus bicara atau tidak sampai akhirnya ia menyerah dan mengatakanya.
"aku khilaf Nur" kata Bima,
"cah iki, pancet ae" (benar2 ya)
"gak, gak iku. aku pancen khilaf wes ngunu ambek ayu, tapi aku luweh khilaf, wes nyobak-nyobak melet Widya" (bukan, bukan itu, aku memang khilaf sudah melakukan itu sama Ayu, tapi aku lebih khilaf sudah mencoba membuat Widya suka sama aku)
"maksude?" tanya Nur penasaran.
"nang nggon sing mok parani, iku onok sing jogo, arek wedok ayu, jeneng'e dawuh" (di tempat yang kamu datangi ada penjaganya, seorang perempuan cantik, namanya dawuh)
"jin" tanya Ayu,