Ternyata Begini Alasan Kepala Desa Mengizinkan Para Mahasiswa KKN di Desa Penari, Ayu Berperan Penting!

- 21 Mei 2022, 11:10 WIB
Informasi tentang Alasan Kepala Desa Mengizinkan Para Mahasiswa KKN di Desa Penari, Ayu Berperan Penting!
Informasi tentang Alasan Kepala Desa Mengizinkan Para Mahasiswa KKN di Desa Penari, Ayu Berperan Penting! /KKN di Desa Penari/Instagram

UTARA TIMES - Dalam cerita KKN di Desa Penari, terdapat keterangan mengenai bagaimana kepala desa mengizinkan para mahasiswa KKN di Desa Penari.

Dalam kisahnya, Ayu terlihat sangat berpengaruh terhadap keputusan kepala desa tersebut. Awalnya Pak Prabu tak mengizinkan para mahasiswa tersebut.

Alasannya adalah Desa Penari sebelumnya tidak pernah dijadikan sebagai lokasi kegiatan KKN.

Lantas, bagaimana kepala desa bisa mengizinkan para mahasiswa, Ayu dan kawan-kawannya melakukan KKN di Desa Penari? Simak uraian lengkapnya berikut ini berdasarkan cerita KKN di Desa Penari asli.

Baca Juga: Menyeramkan! Ini Detik-detik Widya Mengejar Bima Memasuki Tipak Talas yang Angker di KKN Desa Penari

Survei ke Desa Penari

banyak hal yang membuat Nur bimbang, salah satunya, tentang lokasi dan sebagainya. sejujurnya, ini kali pertama Nur, pergi ke arah etan (Timur) sebagai, perempuan yang lahir di daerah kulon (barat) ia sudah seringkali mendengar rumor tentang arah etan, salah satunya, kemistisannya.

Mistis, bukan hal yang baru bagi Nur, bahkan ia sudah kenyang dengan berbagai pengalaman akan hal itu, saat menempuh pendidikannya sebagai santriwati, mengabaikan perasaan tidak bisa dilakukan secara kebetulan semata. dan malam ini, belum pernah Nur merasa setidak enak ini.

benar saja. perasaan tidak enak itu, terus bertambah seiring mobil terus melaju, salah satu pertanda buruk itu adalah ketika, sebelum memasuki kota J, dimana tujuannya kota B, Nur melihat kakek-kakek yang meminta uang di persimpangan, ia seakan melihat Nur. tatapannya, prihatin.

bukan hanya itu saja, si kakek, menggelengkan kepalanya, seolah memberikan tanda pada Nur yang ada di dalam mobil, untuk mengurungkan niatnya. namun, Nur, tidak bisa mengambil spekulasi apapun, ada temanya yang lain, yang menunggu kabar baik dari observasi hari ini.

hujan tiba-tiba turun, tanpa terasa, 4 jam lebih perjalanan ini ditempuh. Mobil berhenti di sebuah tempat rest area yang sepi, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan, Nur, melihat hutan gelap, yang memanggil-manggil namanya. "Hutan. desa ini ada di dalam hutan" kata mas Ilham.

Baca Juga: Tragis! Begini Kronologi Penyebab Nyata Kematian Bima dan Ayu di Cerita KKN di Desa Penari

Nur tidak berkomentar, ia hanya berdiri di samping mobil yang berhenti di tepi jalan hutan ini. sebuah hutan yang sudah dikenal oleh semua orang jawa timur. Hutan D********, tidak beberapa lama, nyala lampu dan suara motor terdengar. mas Ilham, melambaikan tanganya.

"iku wong deso ne, melbu'ne kudu numpak motor, gak isok numpak mobil soale" (itu orang desanya, masuknya harus naik motor, mobil tidak bisa masuk soalnya) Nur dan Ayu, mengangguk, pertanda ia mengerti. tanpa berpikir panjang, Nur sudah duduk di jok belakang, dan mereka berangkat

memasuki jalan setapak, dengan tanah tidak rata, membuat Nur harus memegang kuat- jaket bapak yang memboncengnya, tanah masih lembab, di tambah embun fajar sudah terlihat disana-sini, malu-malu memenuhi pepohonan rimbun. Nur, melihat sesosok, wanita. ia sedang menari di atas batu

kilatan matanya tajam, dengan paras elok nan cantik, si Wanita, tersenyum menyambut tamu yang sudah ia tunggu. melihatnya dari balik jalan lain, Nur mendapati, si wanita sudah hilang, tanpa jejak. ia tahu, dirinya sudah disambut dengan entah apa itu.

memasuki Desa, mas Ilham berpeluk kangen dengan seorang pria yang mungkin seumuran dengan ayahnya di rumah. pria itu ramah, dan murah senyum, menyambut tanganya, Nur mendengar si pria memperkenalkan diri. "kulo, Prabu" (saya Prabu)

"sepurane Ham, aku eroh, kene wes kenal suwe, tapi deso iki gak tau loh gawe kegiatan KKN" (saya minta maaf ham, aku tahu, kita sudah kenal lama, tapi desa ini tidak pernah dipakai kegiatan KKN) "tolong lah mas" kata mas Ilham, "dibantu, adikku," suasana saat itu, tegang.

"GAK ISOK HAM" kata pak Prabu menekan mas Ilham dengan ekspresi tak terduga. "ngeten loh pak, ngapunten, kulo nyuwun tolong, kulo bakal jogo sikap ten mriki, mboten neko-neko, tolong pak" (begini loh pak, maaf, saya minta tolong, saya akan menjaga sikap disini).

(saya tidak akan aneh-aneh. tolong pak) ucap Ayu, matanya berlinangan air mata, ia tidak pernah melihat Ayu sengotot ini, mimik wajah pak Prabu yang sebelumnya mengeras, kini melunak. "piro sing KKN dek?" (berapa yang KKN nanti dek?) dengan bersemangat Ayu menjawab. "6 pak"

hari itu berakhir, dengan persetujuan pak Prabu dan tentu saja, masyarakat sekitar, sebelum meninggalkan tempat itu, Ayu dan Nur berkeliling memeriksa desa sebentar. disana ia sudah tahu proker apa saja yang akan menjadi wacana mereka, salah satunya, kamar mandi dengan air sumur

ia tahu, masyarakat mendapatkan akses air hanya dari sungai, jadi terpikirkan mungkin sumur lebih efisien, di tengah mereka merundingkan berbagai proker kelak, Nur, terdiam melihat sebuah batu yang ditutup oleh kain merah. di bawahnya, ada sesajen lengkap dengan bau kemenyan.

diatasnya, berdiri sosok hitam, dengan mata picing, menyala merah. meski hari siang bolong, Nur bisa melihat, kulitnya yang ditutup oleh bulu, serta tanduk kerbau, mata mereka saling melihat satu sama lain, sebelum Nur mengatakan pada Ayu, bahwa, mereka harus pulang.

"lapo to Nur, kok gopoh men" (kenapa sih Nur, kok kamu buru buru pergi) "kasihan mas Ilham, wes ngenteni" ucap Nur. "yo wes, ayok" Ayu menimpali. mereka pun segera naik motor, sebelum keluar dari desa itu. sosok yang Nur lihat, apalagi bila bukan Genderuwo.

Baca Juga: Harga dan Jadwal Bioskop Hari Ini Sabtu 21 Mei 2022 di CGV Rita Supermall Purwokerto, Ada KKN di Desa Penari

Ayu Mengajak Bima

"Nur, jak'en Bima, yo, ambek Widya, engkok ambek kenalanku, kating" (Nur, ajak si Bima, sama Widya, sama kenalanku kating) ucap Ayu didalam mobil. "Bima, lapo ngejak cah kui" (ngapain sih ngajak Bima) "ben rame, kan wes kenal suwe" (biar rame, kan sudah kenal lama) sahut Ayu

"kok gak awakmu sing ngejak to" (kenapa bukan kamu saja yang ngajak) timpal Nur. "kan awakmu biyen sak pondok'an, wes luwih suwe kenal" (kan kalian pernah satu pondok, jadi sudah kenal lebih lama) "pokok'e jak en arek iku yo" (pokoknya ajak anak itu ya)

"yo wes, iyo" Nur pun mengalah. "tak telpone Widya, ben cepet di gawekno Proposal'e mumpung pihak kampus gurung ngerilis daftar KKN'e, gawat kalau pihak kampus wes ngerilis yo, mumpung wes oleh enggon KKN dewe" (biar Widya tak telpon, biar cepat di buatkan proposalnya)

(mumpung kampus belum buat daftar KKN nya, bisa gawat kalau sampai kampus udah buat daftarnya, mumpung kita sudah punya tempat KKN nya) pelan, mobil itu pun meninggalkan jalanan hutan itu. Nur dan Ayu, kembali ke kotanya, mempersiapkan semua, sebelum mereka nanti kembali.

Baca Juga: Cerita Asli Sewu Dino, Lebih Seram dari KKN di Desa Penari, Berikut Uraian Kisah Horor 2019 Silam

Dari cerita di atas, dapat terlihat bahwa Ayu sangat ngotot untuk melakukan KKN di Desa Penari. Pak Prabu luluh melihat Ayu memohon sambil matanya berkaca-kaca dan dia mendengar janji Ayu untuk tidak melakukan hal aneh selama KKN.***

Editor: Abdul Hamid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah