Tahun 1873 meletus perang Aceh dan tahun 1875 Belanda berhasil menduduki daerah VI Mukim. Dalam pertempuran melawan Belanda, suami Cut Nyak Dien meninggal dunia tahun 1878.
Sejak itu Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan dan bersumpah untuk membalas kematian suaminya. Pada tahun 1880 ia menikah untuk yang kedua kalinya dengan kemenakan ayahnya, yaitu Teuku Umar, seorang pejuang Aceh pula.
Berkat kegigihan Teuku Umar dapat merebut daerah VI Mukim dari tangan Belanda tahun 1884. Teuku Umar gugur 11 Februari 1899. Sejak itu Cut Nyak Dien terus bergerilya dalam usia 50 tahun.
CUT MEUTIA (1870-1910)
Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870. Ia adalah seorang panglima Aceh ketika melawan Belanda.
Bersama suaminya Teuku Cik Tunong ia membentuk dan menyerang patrolipatroli Belanda di pedalaman Aceh. Belanda membujuk Cut Meutia supaya menyerah.
Bujukan itu tidak berhasil. Dalam bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan rnenjalani hukuman tembak. Sesuai pesan suaminya Cik Tunong,
Cut Meutia kawin lagi dengan Pang Nangru, Pang Nangru kawan akrab Cik Tunong, setelah itu Cut Meutia melanjutkan perjuangan. Pada 26 September 1910 terjadilah pertempuran di Paya Ciciem yang menewaskan Pang Nangru.