Peringati Hari Kemerdekaan HUT RI ke-76, Inilah 5 Pahlawan Perempuan Indonesia

- 22 Juli 2021, 15:05 WIB
Ilustrasi Raden Ajeng Kartini.  Peringati Hari Kemerdekaan HUT RI ke-76, Inilah 5 Pahlawan Perempuan Indonesia
Ilustrasi Raden Ajeng Kartini. Peringati Hari Kemerdekaan HUT RI ke-76, Inilah 5 Pahlawan Perempuan Indonesia /

UTARA TIMES Menjelang Hari Kemerdekaan yang jatuh pada hari Selasa 17 Agustus 2021, untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76, melalui Kementerian Sekretariat Negara (Kemensesneg) pemerintah resmi merilis Logo HUT RI ke-76.

Dalam menyambut Hari Kemerdekaan HUT RI-76, dalam sejarah ternyata hari kemerdekaan Indonesia juga menuai perjuangan yang sangat hebat. Hal itu dapat dilihat bahwa Indonesia sekarang sudah merdeka.

Tak jarang, banyak pahlawan tanah air yang merelakan pengorbanan dan perjuangan di medan perang untuk memerdekana Indonesia. Ternyata banyak sekali pahlawan wanita Indonesia yang turut serta di medan perang.

Baca Juga: 5 Novel Bestseller Bergaya Surealis Karya Haruki Murakami

Untuk mengenang jasa para pahlawan di Hari Kemerdekaan HUT RI-76, Berikut 5 PahlawanWanita Indonesia.

NYI AGENG SERANG (1752 - 1828)

Nyi Ageng Serang atau Raden Ajeng Kustiah Retno Edi lahir tahun 1752 di Desa Serang, ± 40 km sebelah utara Solo.

Baca Juga: Link Nonton Anime One Piece Sub Indo Lengkap! Chapter 0001-Terbaru

Ayahnya adalah Bupati Serang yang kemudian diangkat menjadi Panglima Perang oleh Sultan Hamengkubuwono I. SetelahPerjanjian Gianti tahun 1755,

Belanda justru menyerang Desa Serang. Pada saat itu Kustiah/Nyi Ageng Serang telah dewasa dan ikut berperang menghadapi Belanda. Ia tertangkap dan dibawa ke Yogyakarta tetapi dikembalikan lagi ke Serang.

MARTHA KHRISTINA TIAHAHU (1800-1818)

Baca Juga: Trailer dan Link Streaming Nonton Ikatan Cinta Kamis 22 Juli 2021, Nino Cekcok dengan Elsa

Martha Khristina Tiahahu lahir kurang lebih tahun 1800 di Nusa Laut Kepulauan Maluku. Ia anak sulung Kapitan Paulus Tiahahu. Umurnya masih 17 tahun ketika mengikuti ayahnya Kapitan Paulus Tiahahu memberontak melawan kekuasaan Belanda.

Gadis belia ini selalu menyandang bedil mendampingi ayahnya berjuang di NusaLaut. Dengan suatu tipu muslihat Belanda berhasil memasuki bentengBeverdijkpada l0 November 1817. Mereka  

menangkap beberapa orang/tentara termasuk Kapitan Paulus Tiahahu dan dijatuhi hukurnan mati pada 17 November 1817.

Baca Juga: Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Terus Mengalami Penurunan, Begini Penjelasannya

Setelah ayahnya meninggal, Martha Khristina Tiahahu meneruskan perjuangan dan masuk dalarn hutan. Ia berusaha mengumpulkan pasukan dan menyusun kekuatan baru.

CUT NYAK DIEN (1848 1 - 1908)

Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1848. Ayahnya bemama Teuku Nanta Setia Ulebalang VI Mukim, seorang Aceh keturunan Minangkabau. Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga, seorang pejuang Aceh.

Baca Juga: Kebakaran di Kawasan Tambora Jakarta Barat, Turunkan 16 Unit Mobil Pemadam Kebakaran

Tahun 1873 meletus perang Aceh dan tahun 1875 Belanda berhasil menduduki daerah VI Mukim. Dalam pertempuran melawan Belanda, suami Cut Nyak Dien meninggal dunia tahun 1878.

Sejak itu Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan dan bersumpah untuk membalas kematian suaminya. Pada tahun 1880 ia menikah untuk yang kedua kalinya dengan kemenakan ayahnya, yaitu Teuku Umar, seorang pejuang Aceh pula.

Berkat kegigihan Teuku Umar dapat merebut daerah VI Mukim dari tangan Belanda tahun 1884. Teuku Umar gugur 11 Februari 1899. Sejak itu Cut Nyak Dien terus bergerilya dalam usia 50 tahun.

Baca Juga: Menjelang Hari Kemerdekaan Berikut Link Download Logo HUT RI ke-76 Lengkap dengan Variasi Warna Belakang

CUT MEUTIA (1870-1910)

Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870. Ia adalah seorang panglima Aceh ketika melawan Belanda.

Bersama suaminya Teuku Cik Tunong ia membentuk dan menyerang patrolipatroli Belanda di pedalaman Aceh. Belanda membujuk Cut Meutia supaya menyerah.

Bujukan itu tidak berhasil. Dalam bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan rnenjalani hukuman tembak. Sesuai pesan suaminya Cik Tunong,

Baca Juga: Bansos BST 600 ribu, PKH dan BNPT Bulan Juli Cair, Ditambah Beras 10 Kg, Berikut Ini Cara cek Penerima

Cut Meutia kawin lagi dengan Pang Nangru, Pang Nangru kawan akrab Cik Tunong, setelah itu Cut Meutia melanjutkan perjuangan. Pada 26 September 1910 terjadilah pertempuran di Paya Ciciem yang menewaskan Pang Nangru.

Cut Meutia dapat meloloskan diri. Ia diserahi untuk memimpin pasukan yang berkekuatan hanya 45 orang dengan 13 pucuk senjata. Dengan seorang anaknya bemama Raja Sabil yang berumur sebelas tahun Cut Meutia melanjutkan perjuangan.

RADEN AJENG KARTINI (1879-1904)

Baca Juga: Link Streaming Olimpiade Tokyo 2021 Cabang Sepak Bola Putra : Brasil vs Jerman

Raden Ajeng Kartini lahirpada 21April1879 di Jepara. Jawa Tengah. Ayahnya adalah Bupati Jepara. Kartini bersekolah hanya sampai sekolah dasar.

Tetapi Kartini memendam cita-cita tetap ingin sekolah sampai tinggi. Padahal tradisi pingitan untuk gadis berlaku saat itu.Untunglah ia gemar membaca majalah dan buku, sehingga pikirannya terbuka apalagi setelah tahu kondisi wanita di Eropa.

Ia kemudian membandingkannya dengan kondisi wanita Indonesia. Sejak itu timbul niatnya untuk mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara. Ia juga rajin menulis surat untuk temantemannya di negeri Belanda, dan akhimya mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda.***

Editor: Nur Umar

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah