Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW

- 15 Oktober 2021, 13:59 WIB
Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW /Utaratimes/

UTARA TIMES- Maulid Nabi 2021 sebagai Hari Besar agama Islam untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW dalam pandangan Soekarno adalah seorang great men yang tidak dilahirkan dari sejarah bangsa arab, melainkan sejarah zaman, pernyataan itu disampaikan dalam sebuah teks pidato Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1960.

Pernyataan yang disampaikan Soekarno dalam Pidato Maulid Nabi Muhammad diungkapkan dalam rangka peringatan Maulid Nabi di Istana Negara, Jakarta 3 September 1960.

Adapun untuk memperingati Maulid Nabi 2021 ini, Utara Times menyediakan teks pidato Maulid Nabi lengkap yang disampaikan Bung karno saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara.

Baca Juga: Peringati Maulid Nabi 2021 dengan Puisi Inspiratif: Kisah Cinta Nabi Muhammad SAW

Bung karno dikenal sangat mengagumi Nabi Muhammad SAW, hingga beliau ketika berkunjung ke makam Rasullullah, ia membungkuk dan melepaskan sepatu sampai merangkak ke kuburan Nabi Akhir zaman.

Saat itu Raja Saudi Arabia merasa keheran- heranan terhadap tingkah Presiden Republik Indonesia ke-1

Simak berikut teks pidato Maulid Nabi Soekarno untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

AJARAN MUHAMMAD UNTUK SEGALA JAMAN'

Saudara-saudara sekalian, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan minat yang belebih lebihan sebagaimana biasa, saya mendengarkan pidato Saudara Muljadi Djojomartono, yang dalam pidato itu mengatakan bahwa penilaian manusia terhadap Nabi Besar Muhammad SAW bisa dimasukkan dalam tiga kategori.

Ada yang kurang, ada yang berlebih-lebihan, ada yang adil. Saya sebagai manusia, lantas mengakui diri saya sendiri di dalam menilai Nabi Besar kita SAW, saya ini termasuk dalam kategori yang mana di dalam penilaian saya kepada Nabi Kita? Apakah saya masuk kepada orang yang berkurang penilaiannya? Tidak.

Saya bisa mengatakan tidak sebab saya amat tinggi pengagungan saya kepada Muhammad SAW. Apakah saya termasuk kategori orang yang berlebih-lebihan menilai Nabi Muhammad? Tidak pula, sebab sayapun mengetahui bahwa Muhammad adalah manusia biasa, yang makan, yang minum, yang dilahirkan, yang kawin, yang berbuat seperti kita sekalian, tetapi beliau mendapat wahyu. Apakah saya termasuk dalam kategori orang yang penilaiannya adil?

Terus terang Saudara-saudara, dalam memikirkan hal itu saya seperi udak mempunyai meter, tidak mempunyai ukuran, jadi saya ini masuk & dalam kategori apa? Kurang? Nyata tidak. Berlebih-lebihan? Tidak. Adil? Meteran, ukuran yang saya pakai, sering tidak —kata orang Jawa tidak gaduk, tidak sampai, sebab ukuran yang saya pakai adalah sekedar ukuran yang manusia pakai.

Saya memakai ukuran yang keluar dari otak saya, saya memakai ukuran yang keluar dari hati saya, saya memakai ukuran yang dan pendapat dari kitab-kitab. Terus terang saja, dengan mengucap syukur alhamdulillah terhadap kepada Allah SWT, banyak sekali kitab-kitab yang saya baca mengenai sejarah, biograpy, perbuatan-perbuatan, ajaran-ajaran Nabi Besar kita.

Dengan meteran-meteran yang saya pendapat dari otak saya sendiri, dari hati saya, dari apa yang saya baca itu, ukuran yang dipakai kadang-kadang tidak gaduk, —entah apa bahasa Indonesianya tidak gaduk Kalau saya mau mencapai lampu ini, meskipun saya sudah jinjit, tangan saya sudah saya ulur-ulurkan, saya tidak gaduk mencapai lampu ini, Nah dengan ukuran yang saya perdapat dari otak, dari hati, dari kitab-kitab, dari segala cerita-cerita, saya mau mengukur Muhammad SAW, tidak gaduk.

Jadi saya ini Saudara Muljadi, Saudara masukkan di dalam kategori mana? Saya tegas menolak kalau dimasukkan di dalam kategori kurang Saya tegas menolak jikalau dimasukkan di dalam kategori berlebih-Jebihan. Saya tidak tahu apakah kategori adil itu bisa dicapkan juga kepada saya.

Coba Saudara-saudara, tadi oleh Saudari Jasni MS -—saya tidak tahu MS itu apa artinya, barangkali Muhammad SalehJasni Muhammad Saleh, binti Muhammad Saleh, dan diceritakan pula oleh Saudari Leila Rosalina Rusam, —Leila Rosalina Rusam adalah keponakan Duta Besar kita di Moskow, Saudara Adam Malik—, juga dikatakan oleh YM Menteri Agama, juga oleh Pak Muljadi Djojomartono, bahwa Nabi dilahirkan sebagai anak yang miskin, bahwa Nabi hidup di padang pasir, bahwa Nabi adalah seorangorang yang tidak bisa membaca dan menulis, orang ummi.

Kita bisa membaca dan menulis. Tadi saya berkata bahwa saya telah membaca buku beribu-ribu, boleh dikatakan ... tetapi dengan nyata demikian. Saya mempunyai bibliotiek, beribu-ribu yang semuanya sudah saya baca. Jadi keadaan Nabi lain sekali dengan keadaan kita.

Kita dilahirkan, ya meskipun miskin, toh tidak semiskin Muhammad anaknya Abdullah. Kita dilahirkan di dalam satu alam yang kaya raya, yang penuh dengan rumahrumah gedung, penuh dengan pohon-pohon, penuh dengan bunga-bungaan, penuh dengan buah-buahan, penuh dengan kekayaan-kekayaan yang lain, kita dilahirkan di dalam satu alam yang memberi pengetahuan kepada kita.

Beliau tidak. Beliau dilahirkan sebagai anak yang miskin, sebagai anak yang menggembala kambing, dilahirkan di dalam satu padang pasir, entoh Saudara-saudara, beliau mencapai pucuk, puncak daripada ketinggian yang bisa dicapai manusia.

Anak kecil, sengsara, kemudian tumbuh, menjadi besar, kadang-kadang pada malam hari pergi ke padang pasir, jauh dari daripada kampung dan desanya. Tidak seperti kita bisa melihat lampu listrik, bisa melihat indahnya gedung-gedung, bisa melihat trem dan otobus dan motorcar. Beliau tidak bisa membaca tulisan tetapi hanya bisa membaca kemerlipan bintang di langit. Beliau tidak ada guru kata Pak Muljadi Djojomartono, beliau tidak ada kyai yang boleh disebut bahwa kyai itulah beliau punya ustad.

Beliau mendapat wahyu, beliau didatangai oleh malaikat Jibril. Demikian menghikmatnya, datangnya malaikat Jibril ini kepada Muhammad, sehingga di dalam salah salah satu kitab yang saya baca, pada waktu dasyatnya Muhammad pertama kali berhadapan malaikat Jibril ini akan melihat kemuka kelihatan Jibril, melihat ke kanan kelihatan Jibril, melihat kekiri kelihatan Jibril, melihat keatas kelihatan Jibril, melihat kebawah kelihatan Jibril, terus seperti milyunan Jibril mengelilingi beliau.

Orang yang demikian ini Saudara-saudara, bagaimana kita mesti menilainya agar supaya penilaian kita bisa dinamakana adil? Saya coba mengukur, tidak gaduk, Pak Muljadi. Tidak gaduk. Di dalam satu generasi beliau telah, —Pak Muljadi sendiri berkata mengadakan perubahan besar yang lima macam. Beliau mengadakan revolusi yang maha hebat, beliau mengadakan revolusi panca-muka yang maha hebat, sebagaimana juga sekarang ini Republik Indonesia mengadakan revolusi yang maha hebat.

Beliau mengadakan —seperti yang berulang-ulang kita katakan mengenai Republik kita- summing up of my revolutions in one generation, banyak revolusi- revolusi yang sudah beliau adakan di dalam satu generasi, di dalam satu angkatan.

Beliau mengadakan revolusi politik. Pak Muljadi berkata bahwa yang tadinya terpecah-pecah dalam beberapa suku, menjadi satu negara kesatuan. Itu adalah revolusi politik.

Beliau mengadakan revolusi ekonomi, yang tadinya revolusi ekonomi berdasarkan pada exploitation de l'homme par I'home, penghisapan manusia oleh manusia, dengan hukum-hukum ekonomi yang beliau adakan, maka ekonomi lantas menjadi satu ekonomi yang adil.

Beliau mengadakan revolusi sosial, antara lain mengenai wanita, yang derajat wanita diangkat.

Beliau mengadakan revolusi kultur, yang tadinya kultur Arab adalah rendah sama sekali, tetapi kemudian, sesudah mendapat pancaran keindahan jiwa daripada agama Islam, kultur ini naik keatas, sehingga sampai Sekarang, kita masih kagum kalau kita melihat kultur Islam di Granada, di Kairo, di Istanbul, di Samarkand dan di kota-kota lain-lain.

Beliau mengadakan revolusi kemanusiaan.

Pendek kata Saudara-saudara, beliau mengadakan satu Summing up of many revolutions In one generation. Dan ini dikerjakan oleh seorang ummi seorang miskin, seorang yang tidak bisa membaca buku tetapi sekedar, membaca bintang yang terguris di angkasa, dengan juta-juta bintang.

Dan saya bisa merasakan sedikit sedikit hikmat yang telah menimpah kepada Muhammad, jikalau beliau sebagai yang seorang diri memandang kepada angkasa raya dengan bintangnya yang gemerlapan, bahwa di situ manusia merasa dirinya kecil sekali.

Kecil, dibandingkan dengan bintang-bintang, bintang-bintang itu, apalagi jikalau dipikir-pikirkan apa yang di balik bintang itu. Lantas kita tidak boleh tidak sampai kepada apa yang dinamakan Allah SWT. Kita mengukur Zat Allah tidak bisa. Sering dikatakan alim ulam, demikian, dan memang ajaran Islam adalah demikian, jangan mencok, mengukur Zat Allah SWT: engkau sendiri akan hancur lebur jikalau mer. roba mengukur Zatnya Allah SWT. Tetapi sebaliknya pun dengan terus, terang kalau saya harus mengukur Zat Muhammad SAW ukuran sayapun, tidak gaduk Saudara-saudara.

Maka oleh karena itu, jikalau saya berkata hal ini, bukan saya masuk dalam kategori orang yang berlebih-lebihan. Tidak Saudara-saudara. Saya Mengetahui Bahwa Nabi Muhammad sebagai dikatakan oleh Pak Muljadi: djojomartono tadi adalah manusia biasa, yang mendapat wahyu, tetapi justru karena inilah, mendapat wahyu, itulah perbedaan yang besar Sekali antara Muhammad dengan saya, dengan Saudara, dengan Saudara, dengan saudara, dengan Saudara, dengan Saudara.

Tiap-tiap kali kita mengingat kepada Muhammad di Istana Negara ini, kita mensitir Thomas Carlyle. Tadi Saudara Muljadi Djojomartono mensitir John Cock. Thomas Cartyle di dalam ia punya kitab Helden en Helden Verering Heroes dan Heroworship, Thomas Carlyle berkata: “History is the biograply of great men”, history adalah riwayat hidup orang-orang besar. Sejarah adalah riwayat hidup daripada orang-orang besar. Benar sekali perkataan Thomss Carlyle ini. Tidak bisa riwayat Amerika ditulis tanpa menulis namanya Washington, Thomas Jeferson, Benjamin Franklin dan lain-lain, tidak bisa orang menulis sejarahnya Inggris tanpa menulis namanya William Pitt

Gladstone atau Disraeli atau pemimpin yang lain lain, tidak bisa orang menulis sejarah Perancis tanpa menyebut namanya Mirabeu, Robespierre, Marat, Danton, Cammiledes Moulin, Theroigne de Maricourt, Mme Roland dan lain-lain sebagainya.

Tidak bisa orang menulis sejarah Jerman tanpa menulis namanya Der Alte Fritz, Frederick de Grote, tanpa menulis namany Goethe, tanpa menulis namanya Karl Marx dan Frederick Engels.

Tidak bisa orang menulis riwayat Rusia tanpa menulis nama Peter de Grote, tanpa menulis namanya Lenin, Trotsky, Stalin, Pleghanov dan lain-lain. Tidak bisa kita menulis riwayat Tiongkok tanpa menulis nama Dr. Sun Yat Sen atau Mau Tse Tung.

Tidak bisa kita menulis sejarah Mesir tanpa menulis namanya Mustafa Kamil —bukan Kamal tetapi Kamil-, atau Zahlul Pasha, atau Gamal Abdul Nasser.

Tidak bisa orang menulis sejarah India tanpa menulis namanya Mahatma Gandhi, Jawaharhal Nehru, Muhammad Ali, Syaukat Ali, Sarojini Naidu dan lain-lain sebagainya.

Tidak bisa orang menulis Philipina tanpa menyebut namanya Dr. Jose Rizaly Mercado, atau Agunaldo, atau Mabini. Tidak bisa orang menulis sejarah negara-negara Jain tanpa menulis nama Great Men daripada negeri itu, orang-orang besar daripada negeri itu. Benar perkataan 'Thomas Carlyle “History is the Biography of Great Men”. History adalah riwayat hidup dari pada orang-orang besar.

Tetapi nama Muhammad, dia bukan tergantung kepada history Arab saja. Washington, history America, Thomas Jefferson, history America, Galstone, history British, Disraeli, history British, Mirabeau, hustrory Perancis, Th€roigne de Mericourt, history Perancis, Mme Roland, history Perancis: Goethe, history Jerman, Alte Fritz, history Jerman, Stalin, Lenin, Trotsky, History Rusia, Mao se Tung, History Tiongkok, Mahatma Gandhi, history India, Jawaharhal Nehru, history India, Gamal Nasser, history Mesir, Mustafa Kamil, history Mesir, Mustafa Kamal, history Turki.

Muhammad bin Abdullah, history apa? Arab? Lebih daripada Arab. Muhammad bin Abdullah adalah bukan saja history Arab tetapi adalah history satu zaman. Bahkan bukan satu zaman tetapi sekalian zaman. Oleh karena kita mengetahui bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad adalah satu ajaran buat sekalian zaman.

Dan kita, Pak Muljadi, kita semuanya satu persatu mencoba untuk meramal, untuk berpikir secara besar, beramal dan berpikir, mencoba memberi sumbangan sebesar-besarnya bukan saja kepada tanah air dan bangsa kita sendiri, tetapi juga kepada peri kemanusiaan, kita yang mencoba menjadi orang besar, mencoba menjadi Great Men, sebagaimana Pak Muljadi menjadi Great Men, sebagaimana Saudara Ahem Erningpradja mencoba menjadi Great Men, sebagaimana Pak Ipik Gandamana mencoba menjadi Great Men, sebagaimana Pak Djuanda mencoba menjadi Great Men, sebagaimana Saudara Wahib Wahab mencoba menjadi Great Men, sebagaimana Saudara Kyai Musadad mencoba menjadi Great Men,

Sebagaimana kita semuanya, bahkan laki perempuan mencoba untuk menjadi Great Men and Great Women, kita yang mencoba ini, Saudara-saudara, jikalau kita bandingkan apa yang bisa kita capai dengan apa yang dicapai oleh Muhammad bin Abdullah, masya Allah SWT, di mana letaknya ukuran yang harus kita pakai Meteran tidak cukup, pikiran yang sekeras, secepat kilat tidak cukup.

Nah, ini Pak Muljadi Djojomartono, ini bagaimana kalau saya cakkan kepada diri saya sendiri? Adil atau tidak adilkah saya di dalam pernilaian saya terhadap kepada Muhammad SAW ini?

Adil? Banyak terima kasih. Tetapi saya sendiri merasa bahwa ukuran saya ini tidak gaduk, tidak sampai Saudara-saudara. Saya hanya bisa mengambil konklusi, ini bukan orang besar biasa.

Bukan orang besar biasa sebagaimana nama-nama besar yang saya sebut tadi, bukan orang besar biasa seperti George Washington atau Thomas Jefferson, atau Benjamin Franklin, atau Disraeli, atau Gladstone, atau Karl Marx, atau Frederich Engels, atau Goethe, atau Stalin, atau Lenin, atau Trotsky, atau Mao Tse Tung, atau Dr. Sun Yat Sen, atau Mustafa Kami, atau Gandhi, atau Nehru. Tidak! Dia bukan orang besar biasa, dia adalah orang yang boleh dikatakan, diangkat oleh Allah SWT, setaraf yang lebih tinggi daripada orang besar

Tetapi yang mengagungkan lagi malahan, masya Allah, dia yang Sudah diangkat oleh Allah SWT setaraf yang lebih tinggi itu, bukan yang Allah SWT sendiri dengan tegas berkata kepadanya: “... Muhammad engkau akan, menang, engkau punya agama akan tersebar kemana-mana, engkau akan jaya, engkau adalah manusia ning manusia, ...”

Di mana Allah SWT  sudah menjanjikan kepadanya akan pahala, akan kemenangan, akan kejayaan, dia masih beramal, masih berusaha. Bukan seperti orang biasa, jikaln sudah dijanjikan , “... wah, saya sudah mendapat impian itu ...” Tidak!

Muhammad bukan mendapat impian, tetapi Muhammad dengan tegas di mendengar wahyu daripada Allah yang berkata kepadanya “...engkau akan menang, engkau akan jaya...” entoh dia masih beramal, membanting dia punya tulang, memeras dia punya keringat, oleh karena dia tahu bahwa segaa sesuatu harus dicapainya dengan amal.

Maka Saudara-saudara, pada ini malam kita semuanya mengagungkan nama Muhammad SAW. Maka pengajaran yang paling tinggi yang harus

kita ambil daripadanya adalah justru oleh karena dia ini diangkat oleh Allah SWT di atas sebenarnya, di atas tarafnya manusia biasa, dia di dalam mata kita harus menjadi satu contoh yang onfeilbaar. Contoh yang tidak bisa salah. Kita harus turuti segala contoh yang dia berikan. Dan inti daripada contoh yang dia berikan talah bahwa segala perbaikan itu, segala apa yang kita kehendaki, tergantung daripada amal sendiri. Marilah kita beramal. Terima kasih.***

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah