Khutbah Jumat Terbaru tentang Anjuran untuk Melatih Anak Berwakaf Sejak Dini

11 Maret 2022, 18:30 WIB
Khutbah Jumat Terbaru tentang Anjuran untuk Melatih Anak Berwakaf Sejak Dini /Pixabay.com/faizbaig

UTARA TIMESKhutbah Jumat terbaru ini membahas tentang anjuran untuk melatih anak berwakaf sejak dini.

Dalam teks khutbah Jumat terbaru ini disebutkan bahwa sesungguhnya sesuatu yang dibiasakan sejak kecil akan lebih mudah untuk dilakukan nantinya, demikian pula dengan berwakaf.

Melatih anak berwakaf sejak dini akan menumbuhkan rasa kepedulian serta solidaritas antar sesama.

Lebih dari itu, ia juga akan tumbuh menjadi pribadi yang dermawan, penuh kasih sayang, dan tidak serakah.

Berikut teks khutbah Jumat tentang anjuran untuk melatih anak berwakaf sejak dini yang dikutip Utara Times dari Kumpulan Naskah Khutbah Jum’at Aktual yang disusun oleh Dirjen Bimas Islam Kemenag RI.

Baca Juga: Khutbah Jumat Terbaru tentang Anjuran Memelihara Ukhuwah Islamiyah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Marilah kita panjatkan do'a dan syukur kepada Allah SWT, atas segala kemurahan-Nyalah pintu-pintu hati yang masih tertutup untuk berderma kini telah terbuka lebar.

Dan atas nama Tuhan Yang Maha Agung dan Bijaksana pula, kita memohon semoga hati-hati yang masih tertutup untuk menunaikan dermanya bagi sesama dapat segera terbuka. Amiin.

Hadirin sidang Jum 'at yang dimuliakan Allah

Ada pepatah tua yang mengatakan " belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. Sedangkan belajar di waktu dewasa bagaikan mengukir di atas air".

Pepatah lainnya mengatakan bahwa jika kita ingin pohon tumbuh lurus, maka luruskanlah semenjak kecilnya.

Pohon yang bengkok namun diluruskan sejak kecilnya, maka dia akan tumbuh lurus.

Sedangkan jika pohon itu telah tumbuh besar, maka tidak bisa diluruskan bengkoknya tersebut.

Apa yang terungkap dari pepatah di atas adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita semua akan pentingnya nilai pendidikan di usia dini.

Penting kiranya untuk memberikan pendidikan semenjak usia dini agar kelak di saat dewasa dapat tumbuh menjadi sosok yang baik.

Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Layaknya sebuah titipan, maka kita harus mempertanggungjawabkan titipan tersebut di hadapan sang pemilik.

Di sinilah dibutuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga tanggung jawab tersebut.

Dengan kata lain, mempertanggungjawabkan titipan tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan pendidikan sejak dini.

Ingatlah bahwa anak adalah cobaan bagi orang tua. Bagi siapa yang bisa memberikan pendidikan kepada anaknya, maka ia telah selamat dari cobaan tersebut.

Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya:

إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ

Artinya:"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. "(QS. at-Taghabun: 15).

Hadirin yang dimuliakan Allah

Anak yang baru lahir ibarat kaset kosong. Tugas orang tua adalah mengisi kaset kosong tersebut dengan hal-hal yang baik agar kelak menjadi bekal si anak ketika menjelang dewasa.

Semakin bertambahnya kemajuan dunia, maka bertambah pula tantangan dan rintangan yang akan dihadapi sang anak.

Untuk itulah, orang tua wajib memberikan pendidikan yang cukup bagi anak untuk bekal di masa yang akan datang.

Orang tua hendaknya mengetahui betapa besamya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah 'azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putrinya. Tentang hal ini, Allah 'azza wa jalla berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, peliharalahn dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."(QS. Al-Tahrim: 6)

Contoh yang baik telah dipertontonkan Lukman dalam mendidik anaknya. Hal ini terekam dalam alQur'an surat Luqman:

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣ وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ

وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤ وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشۡرِكَ بِي مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٞ فَلَا تُطِعۡهُمَاۖ وَصَاحِبۡهُمَا فِي ٱلدُّنۡيَا مَعۡرُوفٗاۖ وَٱتَّبِعۡ سَبِيلَ مَنۡ أَنَابَ إِلَيَّۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ١٥ يَٰبُنَيَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٖ فَتَكُن فِي صَخۡرَةٍ أَوۡ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَوۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَأۡتِ بِهَا ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٞ ١٦

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepada-Nya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnyajika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. "(QS. Luqman: 13-16).

Figur Luqman dijadikan percontohan sosok orang tua yang bertanggung jawab dalam a1-Qur'an.

Luqman sangatmemperhatikan pendidikan karena pendidikan merupakan bekal yang paling berharga bagi anak keturunan. Salah satu bekal yang harus diberikan sejak dini adalah sikap berderma.

Berderma adalah nilai yang harus ditanarnkan sejak dini dalam diri anak karena manusia adalah makhluk sosial.

Seorang anak harus ditanarnkan sejak dini bahwa dia tidak bisa hidup sendirian. Dia membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

Untuk itu, maka hidup ini harus diisi dengan rasa solidaritas dengan sesama. Tanarnkan bahwa dengan sikap dermawan akan mengantarkan dia menuju kehidupan yang bahagia.

Kedermawanan itu sendiri memiliki wajahnya yang beragam. Dalam ajaran Islam, ada banyak ajaran tentang kedermawanan itu, di antaranya perintah berzakat, berinfak, bershadaqah dan berwakaf. Inilah ajaran Islam yang mengandung unsur-unsur kedermawanan.

Hadirin yang mulia.

Berwakaf adalah salah satu nila kedermawanan yang sejak dini harus dikenalkan kepada anak.

Ketika anak masih dalam gendongan, mulailah dikenalkan dengan ajaran mulia ini.

Ajarilah anak-anak kita dengan kepedulian untuk membantu temannya, berbagai rizki dengan teman-temannya.

Mulailah menanamkan berbagai sikap kedermawanan. Ada beberapa kiat yang bisa diambil sebagai bentuk pendidikan untuk menanamkan sikap dermawan anak.

Pertama, perkenalkan arti kesetiakawanan sosial, bahwa dia membutuhkan ternan dalam hidupnya.

Mulailah memperkenalkan anak dengan teman-temannya, tanpa harus dibatasi oleh status sosial masing-masing anak.

Hal ini bertujuan agar tumbuh kesadaran dalam diri anak bahwa dirinya membutuhkan ternan dalam hidupnya.

Kedua, perkenalkan arti penting berbagi dengan ternan.

Ajarilah anak kita untuk membagi makanan ataupun jajannya dengan teman-temannya.

Hal ini bertujuan menanamkan kebiasaan berbagi dengan siapapun ketika mendapatkan kelebihan rizki.

Karena kepedulian untuk berbagi harus diawali dari hal-hal yang kecil. Tanpa latihan dan pembiasaan sejak dini, mustahil anak akan memiliki sikap dermawan kelak di masa dewasanya nanti.

Ketiga, perkenalkan arti penting menghargai pemberian orang lain.

Biasakan anak kita untuk mengucapkan terima kasih atas pemberian ternan. Sekecil apapun pemberian itu, tetap harus dihargai.

Banyak kita jumpai anak-anak yang susah sekali untuk sekedar mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan rizki pemberian orang lain.

Ini adalah salah satu kebiasan buruk yang harus segera ditangani sejak dini.

Tanamkan dan biasakan anak untuk mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang memberi.

Itulah tiga hal yang mendasar untuk ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Anak ·yang telah menguasai arti penting kesetiakawanan sosial sejak usia dini, maka dia akan sangat ringan untuk mengulurkan tangannya memberikan sebagian miliknya, berbagi dengan orang lain.

Siapapun yang membutuhkan bantuan, maka segeralah ia memberikan kepada yang yang membutuhkan tersebut.

Maka ketika agama memerintahkan untuk berwakaf, anak akan segera menangkap perintah tersebut sebagai bentuk teguran agar dirinya bersedia berbagi dengan orang lain.

Sikap kedermawanan yang diperoleh sejak usia dini akan segera menggerakkan hatinya untuk menunaikan wakaf.

Bukanlah suatu hal yang berat untuk sekedar mengeluarkan sebagain hak miliknya.

Kesadaran akan pentingnya orang lain dalam hidupnya akan menghapus segala bentuk sikap rakus terhadap hak milik.

Baginya, wakaf adalah bentuk kepedulian sosial yang harus dipenuhi, karena selain itu perintah agama, juga memiliki dimensi sosial yang memang dia harus melakukannya.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Memiliki generasi yang memiliki kesetiakawanan sosial tinggi adalah impian semua orang tua.

Kita semua ingin agar kelak tubuh mungil itu tumbuh menjadi sosok yang bergelimang kedermawanan, kokoh berdiri dengan segala bentuk sikap diri yang baik.

Kita semua memimpikan anak-anak kita menjadi figur-figur yang senantiasa mendermakan diri dan hartanya untuk kemajuan umat, agama dan bangsa.

Sebaliknya, semua kita tidak menghendaki anak-anak kita menjadi sosok yang angkuh, sombong dan kikir.

Kita tidak berharap tubuh mungil itu menjadi pribadi yang enggan berbagi, susah membuka tangannya untuk orang lain, susah untuk menunaikan perintah agama.

Jika anak-anak kita menjelma dalam berbagai bentuk kesombongan diri dan individualisme, maka ini adalah sebuah pertanda kehancuran agama bahkan bangsa.

Karena individualisme adalah penghalang bagi soliditas dan solidaritas umat. Padahal soliditas umat adalah syarat utama membangun sebuah tatanan sosial keagamaan yang adil, damai dan sejahtera.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Demikian khutbah Jumat tentang anjuran untuk melatih anak berwakaf sejak dini.***

Editor: Anas Bukhori

Sumber: Kemenag

Tags

Terkini

Terpopuler