Khutbah Jumat Bertema Melepas Kepergian Ramadhan, Berikut Naskah Lengkapnya

- 5 Mei 2022, 19:16 WIB
Khutbah Jumat Bertema Melepas Kepergian Ramadhan, Berikut Naskah Lengkapnya
Khutbah Jumat Bertema Melepas Kepergian Ramadhan, Berikut Naskah Lengkapnya /freepik.com/v.ivash

UTARA TIMES - Mengingat sudah memasuki bulan Syawal, berikut ini adalah khutbah Jumat bertema melepas kepergian Ramadhan.

Tentu banyak makna Ramadhan yang perlu diulas pada khutbah Jumat. Pada khutbah jumat melepas kepergian Ramadhan ini terdapat renungan mengenai kenapa Ramadhan diistimewakan.

Simak naskah lengkap khutbah Jumat yang bertema melepas kepergian Bulan Ramadhan berikut ini, sebagaimana yang dilansir dari portal resmi Nahdlatul Ulama.

Khutbah Pertama

Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat Singkat Akhir Ramadhan Sambut Hari Raya Lebaran 1443 H

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Ramadhan sudah lewat serta kita memasuki bulan Syawal kemudian bulan- bulan selanjutnya yang bisa jadi untuk mayoritas orang“ kurang istimewa”. Ramadhan yang istimewa muncul dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, serta momen menumpuk amal saleh sebanyak- banyaknya.

Ramadhan dengan demikian jadi saat- saat penggemblengan hamba jadi orang yang terus menjadi dekat dengan Allah ataupun dalam bahasa Al- Qur’ an mencetak insan yang bertakwa( la‘ allakum tattaqûn). Di dalam Ramadhan umat Islam dianugerahi suatu malam istimewa bernama Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan.

Baca Juga: Contoh Teks Ceramah Nuzulul Quran Ramadhan 1443 H untuk Kultum, Khutbah Jumat, Singkat, Mudah Diaplikasikan

Maksudnya melaksanakan satu amal kebaikan pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam- malam di luarnya. Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, serta balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Yang jadi persoalan, kenapa Allah membagikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Perihal ini dapat dimengerti paling tidak dalam 2 sudut pandang. Pertama, ini menggambarkan kemurahan dari Allah buat hamba- Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari- hari lain dalam satu pekan, Allah juga mengistimewakan Ramadhan di tengah bulan- bulan lain dalam satu tahun.

Momen tersebut jadi peluang terbaik untuk tiap hamba tingkatkan Kedua, Ramadhan pula dapat dibaca selaku sindiran kepada mereka yang biasanya sangat tenggelam dengan banyak aktivitas duniawi. Jam- jamnya, hari- harinya, serta bulan- bulannya, dipadati dengan kegiatan buat kepentingan dirinya sendiri—atau sangat jauh untuk keluarga sendiri. Sedangkan aktivitas yang betul- betul diniatkan buat ibadah mendekatkan diri kepada Allah hampir terlupakan. Kita kerap mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming- iming hadiah buat mencegahnya dari tindakan- tindakan nakal tertentu. Jangan- jangan Ramadhan merupakan hadiah sebab Allah ketahui kita sangat“ nakal”, tidak cukup waktu buat bermesraan dengan- Nya, tidak banyak waktu buat mengingat- Nya. Seperti itu kenapa pada malam Lailatul Qadar kita malah disarankan banyak memohon ampun dengan membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku.”

Anjuran meminta ampunan merupakan sinyal bahwa umat manusia mempunyai kecenderungan berbuat lalai serta dosa. Ini merupakan pesan tentang berartinya muhasabah ataupun introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita sepanjang ini.

Sudahkah segala harta yang kita makan didapatkan dengan metode yang halal? Sudahkah kita leluasa dari aksi menyakiti orang lain? Seberapa ikhlas kita meninfakkan sebagian kekayaan kita buat di luar kepentingan kita? Seberapa semangat kita beribadah dibandingkan semangat kita melaksanakan kegiatan dunia? Serta seterusnya serta sebagainya.

Pembicaraan ampunan pula timbul dalam janji dalam suatu hadits kalau siapa yang berpuasa Ramadhan sebab keimanan serta mengharap pahala dari Allah hendak menemukan ampunan atas dosa- dosanya yang sudah melalui( man shâma ramadhânaîmânan wa- htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi). Ini pula menyiratkan pesan tentang betapa manusia sudah melewati hari- hari mereka dengan penuh kedurhakaan.

Lewat Ramadhan serta Lailatul Qadar, dosa- dosa yang sempat kita jalani diharapkan terhapuskan. Menguasai Ramadhan selaku momen koreksi diri ialah perihal yang berarti supaya kita menghargai waktu dengan metode mengisinya secara positif serta mempunyai kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah subhânahu wata‘âlâ. Tidak menyepelehkan bulan- bulan di luar Ramadhan.

Imam Al- Ghazali berkata, kala seorang disibukkan dengan hal- hal yang tidak berguna dalam kehidupannya di dunia, hingga sebetulnya dia lagi mendatangi sesuatu kerugian yang besar.

Sebagaimana yang ia nyatakan—dengan mengutip hadits—dalam kitab Ayyuhal Walad:

عَلاَمَةُ اِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ، اشْتِغَالُهُ بِمَا لاَ يَعْنِيهِ، وَ اَنﱠ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مَنْ عُمُرِهِ، في غَيرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ الْعِبَادَةِ، لَجَدِيرٌ اَنْ تَطُولَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ

Artinya: "Pertanda bahwa Allah ta'ala sedang berpaling dari hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah. Dan satu saat saja yang seseorang menghabiskannya tanpa ibadah, maka sudah pantas ia menerima kerugian berkepanjangan.”

Semoga Ramadhan yang telah kita lewati membawa manfaat bagi perbaikan diri kita sehingga melewati hari-hari dan bulan-bulan setelahnya dengan lebih baik sampai kita dipertemukan dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Wallahu a’lam bish-shawâb.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua

 ***

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah