Dengan latar itu kedatangan Yesus menjadi semakin bermakna. Injil Yohanes membuat orang membayangkan peran Yesus sebagai “langit” yang membendung kekuatan-kekuatan yang tadinya tak terkendali (“air-air” dalam Kejadian 1:6-7).
Ada hal yang erat berhubungan dengan ini yang patut didalami. Meski langit yang diciptakan pada hari kedua itu menahan air-air tadi, nanti pada awal Kisah Air Bah, disebutkan tingkap-tingkap langit terbuka lagi dan jagat dilanda banjir dahsyat (Kejadian 7:11).
Dalam Kisah Air Bah, kejadian ini ditampilkan sebagai akibat keburukan hidup manusia seperti disebutkan dalam Kejadian 6:5.
Tapi bila disimak, di situ juga sekaligus ditekankan betapa besarnya kekuatan “langit” pembendung daya-daya tadi.
Baca Juga: Cek 3 Weton Naungan Ilmu Latipan yang dikenal Cerdas, Berilmu, dan Banyak Rezeki Kata Primbon Jawa
Bila tidak terbuka tingkap-tingkapnya, tak bakal kekuatan sedahsyat apapun bisa memasuki dan merusak ciptaan.
Inilah yang sebetulnya hendak ikut dijadikan sebagai latar pemikiran dalam Injil Yohanes kali ini.
Yesus yang dilihat Yohanes Pembaptis datang pada “keesokan harinya” itu berperan sebagai yang membendung daya-daya penghancur masih terus mengancam kemanusiaan.
Langit yang diciptakan sebagai pembendung air-air dahsyat itu kini dipersaksikan Yohanes Pembaptis sebagai “Anak Domba Allah.”
Baca Juga: Tidak Menyangka! Bakal Tenteram dan Bahagia, Weton Sabtu Kliwon Memiliki Aura Sanggar Waringin