Diam-Diam Pemberontak India dan Myanmar Capai Kesepakatan Rahasia, Hubungan Bilateral Terancam Bubar?

- 9 Januari 2022, 09:10 WIB
Diam-Diam Pemberontak India dan Myanmar Capai Kesepakatan Rahasia, Hubungan Bilateral Terancam Bubar?
Diam-Diam Pemberontak India dan Myanmar Capai Kesepakatan Rahasia, Hubungan Bilateral Terancam Bubar? /ANTARA

Bulan lalu Menteri Luar Negeri India Harsh Vardhan Shringla mengunjungi negara tetangga dan mengadakan diskusi komprehensif dengan pemimpin rezim militer Min Aung Hlaing, anggota masyarakat sipil dan partai politik, termasuk Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Kementerian Luar Negeri India menyampaikan bahwa kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk memastikan bahwa wilayah masing-masing tidak dapat memberikan izin terhadap segala aktivitas yang bertentangan dengan negara lain.

Namun jika informasi tentang kesepakatan rahasia dalam bentuk pakta informal militer Myanmar dengan pemberontak India terbukti benar, maka itu menjadi perhatian serius bagi India.

Baca Juga: Segera Tayang di Bioskop! Inilah 6 Fakta Menarik Film Scream, Kisah Pembunuh Berantai Ghostface

Meskipun demikian Tatmadaw tidak akan pernah secara resmi mengakui eksistensi pemberontak separatis India, sebelum angkat kaki dari negara India.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa para Jenderal militer Myanmar telah melakukan kudeta pada 1 Februari 2021 dengan menggulingkan pemerintahan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipilih secara demokratis.

Pemimpin NLD, peraih Nobel Aung San Suu Kyi, Presiden U Win Myint, menteri kabinet, menteri utama banyak negara bagian, pemimpin oposisi, penulis, dan aktivis ditahan sebelum pengumuman darurat nasional oleh militer.

Baca Juga: KJP Plus Januari 2022 SMA dan SMK Kapan Cair? Ini Dana yang Diterima dan Cara Cek Saldo via JakOne Mobile

Hal ini memicu protes besar-besaran di seluruh negeri dan militer melancarkan tindakan brutal.

Adapun lebih dari 1.400 orang telah dibunuh oleh Junta dan lebih dari 8.000 ditangkap, didakwa, atau dihukum sejak kudeta berdasarkan data dari Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok pemantau yang bertugas di Myanmar.

Halaman:

Editor: Rosma Nur Riana

Sumber: Eurasian Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x