Network
UTARA TIMES – Menurut World Bank, sebagian besar masyarakat Srilanka jatuh di bawah garis kemiskinan sejak pandemic COVID–19 melanda. Inflasi sektor Sri Lanka pangan bahkan mencapai rekor 21,5 persen Desember lalu.
Rak-rak di supermarket kosong dan restoran di Sri Lanka tidak bisa menyajikan makanan mereka. Ulasan dibawah ini akan membahas mengenai alasan kenapa Sri Lanka bangkrut.
Pihak setempat telah mengungkapkan bahwa harga konsumerisme di Sri Lanka naik mencapai 14 persen pada bulan Desember 2021. Melewati titik tertinggi negara tersebut pada 11.1 persen sekitar satu bulan sebelumnya.
Baca Juga: Film Sri Asih Kapan Tayang? Simak Disini Teaser sampai Daftar Pemainnya
Departemen sensus dan statistic setempat mengatakan bahwa inflasi di bulan Desember tersebut merupakan yang tertinggi sejak diciptakannya NCPI pada tahun 2015.
Menurut laman firtspost, inflasi harga pangan naik mencapai 21.5 persen pada bulan Desember yang awalnya hanya 16.9 persen di bulan November.
Bahkan, hanya sekitar satu tahun sebelumnya, angka inflasi harga pangan di Sri Lanka masih mencapai sekitar 7.5 persen saja.
Cadangan devisa Sri Lanka juga turun sejak Presiden Gotabaya Rajapaksa menjabat pada 2019, naik dari US$7,5 miliar menjadi US$3,1 miliar pada akhir bulan Desember.
Supermarket telah menjatah susu bubuk, gula, lentil, dan kebutuhan pokok lainnya selama berbulan-bulan dengan peringatan resmi tentang lebih banyak pembatasan untuk memberi makan mereka yang paling membutuhkan.
