Network
Kartini lahir dari keluarga bangsawan Jawa. Ayah Kartini adalah Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Meski begitu, ia hanya mengenyam pendidikan hingga usia 12 tahun. Saat itu, siapapun dia, seorang wanita harus tinggal di rumah untuk diasingkan.
Kartini membuat mimpi menjadi kenyataan
Kemampuan bahasa Belanda Kartini memungkinkannya untuk menembus penghalang itu. Kartini melanjutkan pendidikannya secara mandiri, salah satunya dengan membaca koran De Locomotief.
Dari membaca, Kartini memutuskan untuk menulis. Gagasan tulisan Kartini sering dikirim ke surat kabar untuk diterbitkan. Salah satu tujuan tulisan Kartini dibawa ke harian De Hollandsche Lelie.
Baca Juga: Tulisan Bacaaan Niat Sholat Idul Fitri Arab, Latin dan Terjemah
Kartini mencapai titik lain dengan bertemu teman-teman penanya. Percakapan korespondensi dengan para sahabat pena mendorong Kartini untuk meningkatkan status perempuan pribumi.
Cita-cita Kartini tidak hanya terkait dengan tingkat dan pangkat perempuan, tetapi juga banyak masalah sosial lainnya. Setelah menikah dengan BupatiRembang KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini mulai mewujudkan mimpinya.
Ia mendirikan sekolah wanita. Letaknya di sebelah timur pintu gerbang Kantor Bupati Rembang. Sekolah ini sekarang menjadi Gedung Pramuka.
