Baca Juga: Telah Terbit! Novel Terbaru Tere Liye yang Berjudul ‘Bibi Gill’, Ini Sinopsisnya
Di tiap daerah di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah, tata cara pelaksanaan ruwahan itu berbeda-beda. Tetapi secara garis besar rangkaian kegiatannya sama.
Terdapat upacara bersih kubur di mana masyarakat membersihkan makam dengan mencabuti rerumputan liar yang tumbuh, membersihkan batu nisan, hingga menabur serta menyirami tanah kuburan dengan air dan bunga tujuh rupa.
Pada umumnya, tradisi ruwah ini dilaksanakan secara kolektif oleh berbagai macam elemen masyarakat di suatu kampung. Di perkampungan yang lebih modern, biasanya diadakan juga pengajian yang mengundang ustadz atau kiai lokal setempat.
Ketika masyarakat Jawa menziarahi makam para leluhurnya, atau di beberapa daerah di Pulau Jawa disebut dengan nyadran, dalam tradisi ruwahan, sebenarnya kegiatan tersebut memiliki makna filosofis tersendiri.
Masyarakat Jawa hidup dengan ajaran kebudayaan yang masih kental. Salah satu filosofi Jawa yaitu sangkan paraning dumadi, diwujudkan dalam tradisi ruwahan.
Makna sesungguhnya dari menziarahi makam leluhur di Bulan Ruwah ini ialah perihal ketauhidan. Pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah agar dalam hidup ini, keturunan yang masih hidup tetap mengingat asal-usulnya (sangkan paraning dumadi).
Baca Juga: Weton Hari Ini 3 Maret 2022, Keistimewaan Watak, Jodoh dan Pekerjaan Kamis Pon
Sedangkan kegiatan selametan atau dalam istilah keislaman modern adalah tasyakur, sesungguhnya memiliki pesan moral agar manusia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.