Inilah Kisah Dibalik Malam 1 Suro Menurut Sejarah Jawa

- 21 Juli 2022, 07:45 WIB
Ilustrasi malam 1 Suro/Inilah Kisah Dibalik Malam 1 Suro Menurut Sejarah Jawa
Ilustrasi malam 1 Suro/Inilah Kisah Dibalik Malam 1 Suro Menurut Sejarah Jawa /Pixabay/rkarkowski//

Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil dilakukan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.

Akibatnya, 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut diluar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.

Kegiatan malam 1 Suro, tepat pada pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan secara serempak di Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa. 

Acara malam 1 Suro di Kraton Surakarta dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah.
Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat.

Baca Juga: Doa Akhir Tahun Dibaca Kapan? Simak di Sini, Ada Teks Doa Akhir dan Awal Tahun Latin

Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya.

Sementara itu di Kraton yogyakarta memperingati Malam 1 Suro dengan mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton

Dimana, kegiatan mengarak benda pusaka diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng.

Demikian infromasi mengenai kisah dibalik malam 1 Suro menurut sejarah Jawa.***

Halaman:

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x