“Paduka yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet,” jawab Abu Nawas. Paduka Raja bingung mendengar pengakuan Abu Nawas karena yang ia lihat Abu Nawas duduk di atas tanah karpet.
“Yang mana yang engkau maksudkan, wahai Abu Nawas?” tanya Paduka Raja masih bingung.
“Karpet hamba sendiri, Paduka yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet kemanapun hamba pergi,” jawab Abu Nawas.
“Tetapi sejak tadi aku tidak melihat karpet yang engkau bawa,” kata Paduka Raja bertambah bingung.
“Baiklah, Paduka yang mulia kalau memang Paduka Raja ingin tahu, maka dengan senang hati hamba akan menunjukkannya,” kata Abu Nawas sambil beringsut maju ke depan.
Setelah cukup dekat dengan Paduka Raja, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya.
Posisi Abu Nawas ini seolah-olah memantati Baginda Raja. Melihat ada sepotong karpet menempel di celana Abu Nawas, Paduka Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para petinggi istana.
Sementara kawan-kawan Abu Nawas mengakui kekalahannya. Mereka tak menyangka Abu Nawas bisa sampai secerdik itu.***