Peningkatan Drastis Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Bandung: Dampak Musim Kemarau dan El Nino

1 September 2023, 07:08 WIB
Peningkatan Drastis Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Bandung: Dampak Musim Kemarau dan El Nino /Pikiran Rakyat/Ajun Mahrudin/

 

UTARA TIMES- Tingkat kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Bandung mengalami peningkatan signifikan selama dua bulan terakhir. 

Meskipun kelalaian manusia sering menjadi penyebab utama, peningkatan ini juga terkait dengan musim kemarau yang diperparah oleh fenomena El Nino.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkar) Kabupaten Bandung, Hilman Kadar, mengungkapkan bahwa hingga Agustus tahun ini, telah tercatat total 298 kejadian kebakaran. Di antaranya, 67 peristiwa merupakan karhutla.

Hilman menyatakan, "Khusus mengenai kebakaran lahan, peningkatannya sangat mencolok. Dari Januari hingga Juni, kami mencatat hanya empat kali kejadian. Namun, dari Juli hingga Agustus, angka tersebut melonjak menjadi 67 kali."

Selain 67 kejadian kebakaran lahan, Hilman juga menyebut bahwa kebakaran umumnya masih didominasi oleh kebakaran rumah, mencapai 211 kali, serta kebakaran gudang (15 kali) dan pabrik (12 kali).

"Peningkatan kebakaran lahan, seperti lahan alang-alang dan kebun, terjadi secara signifikan. Penyebabnya jelas akibat kelalaian manusia, namun secara alamiah, peningkatannya terjadi saat musim kemarau dan terkait fenomena El Nino, yang rentan memicu kebakaran," tambahnya.

Menurut Hilman, daerah-daerah yang sering mengalami kebakaran lahan termasuk Kecamatan Baleendah, Cicalengka, Nagreg, Soreang, dan Rancaekek.

"Pemicunya bisa berasal dari pembakaran sampah, yang saat ini semakin marak. Jika pembakaran dilakukan di tempat terbuka dan terkena angin, api mudah menyebar ke lahan alang-alang dan menyebabkan kebakaran besar. Selain itu, ada juga yang disebabkan oleh masyarakat yang membuka lahan dengan membakar," jelasnya.

Dengan demikian, Hilman mengingatkan masyarakat untuk menghindari pembakaran lahan dan sampah. 

Khususnya, mengingat El Nino membuat cuaca lebih panas dan ditambah dengan angin kencang, api dapat dengan cepat menyebar.

"Kami mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar dan tidak membakar sampah di tempat terbuka, terutama jika masih menyala. Api dapat dengan cepat menyebar oleh angin. Juga, jangan membuang puntung rokok yang masih menyala," pesannya.

Hilman menyoroti bahwa fenomena El Nino tidak hanya berdampak pada peningkatan kebakaran lahan, tetapi juga menghadirkan tantangan bagi petugas pemadam kebakaran. 

Pasalnya, petugas kesulitan mendapatkan pasokan air untuk memadamkan api, terutama di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau seperti hutan.

"Dalam situasi kebakaran di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau oleh sumber air, seperti hutan, kami menghadapi kendala. Oleh karena itu, kami berharap masyarakat di sekitar wilayah ini lebih proaktif dan memantau lingkungan mereka secara teratur. Ketika api masih kecil, mereka bisa memadamkannya dengan sprayer," tambahnya.

Hilman juga menegaskan bahwa menangani karhutla memerlukan kerjasama aktif dari masyarakat sekitar. 

Disdamkar bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, kepolisian, dan unsur lainnya dalam menangani situasi ini.

Dalam satu bulan terakhir, setidaknya ada dua peristiwa karhutla yang cukup mencolok. Pertama, terjadi kebakaran di Gunung Singa, Kecamatan Kutawaringin pada 11 Agustus 2023.

Kemudian, kebakaran juga terjadi di Gunung Batu, Kecamatan Arjasari pada 30 Agustus 2023.

Api dari kebakaran alang-alang, sampah, dan limbah karet di Gunung Batu bahkan hanya berjarak sekitar 20 meter dari pemukiman warga di Kampung Sompok Cihonje, RT 2 RW 4, Desa Wargaluyu. Kebakaran lahan ini meluas hingga mencapai sekitar 1 hektar.***

Editor: Anas Bukhori

Tags

Terkini

Terpopuler