Di Hari Tani Nasional, GMNI Bogor Ungkit Regenerasi Petani Mengkhawatirkan, Tuntut Pemerintah Tangani Serius

- 24 September 2023, 19:16 WIB
Di Hari Tani Nasional 2023 GMNI Bogor Ungkit Minat Regenerasi Muda Jadi Petani Mengkhawirkan, Tuntut Pemerintah Serius!
Di Hari Tani Nasional 2023 GMNI Bogor Ungkit Minat Regenerasi Muda Jadi Petani Mengkhawirkan, Tuntut Pemerintah Serius! /

UTARA TIMES- Hari ini 24 September merupakan peringatan Hari Tani Nasional yang didasari dari penetapan Undang-undang Dasar Pokok Agraria pada tahun 1960. 

Setiap tanggal 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional yang merupakan bentuk peringatan dalam mengenang perjuangan kaum petani serta memilikinya dari penderitaan. 

Oleh sebab itu, penetapan Hari Tani ini diambil dari tanggal dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada tahun 1960. 

Menurut ketua DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Bogor Raya, Aditya Pratama, Semenjak bebas dari cengkraman Belanda, pemerintah Indonesia selalu berusaha merumuskan UU Agraria baru untuk mengganti UU Agraria kolonial. 

Baca Juga: 6 Twibbon Bingkai Foto Hari Tani Nasional 2023, Gratis Download 

" Pada tahun 1948, penyelenggara negara membentuk panitia agraria Yogya, yang pada saat itu Ibu kota Republik Indonesia (RI) berkedudukan di Yogyakarta.namun dikarenakan gejolak politik, usaha tersebut pun kandas. Pada 27 Desember 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) dan persetujuan antara Republik Indonesia dengan Belanda, atas pengakuan kepemilikan politik Negara Indonesia, setelah itu ibukota RI kembali ke Jakarta," Katanya pada Minggu, 24 September 2023. 

Ia juga menceritakan bahwa pada tahun 1951 dibentuklah panitia Agraria Yogya di Jakarta dengan nama Pantia Agraria Jakarta. 

Baca Juga: Pantun Ucapan Maulid Nabi 2023 Unik dan Menarik, Cocok Dijadikan Caption

" Namun dalam perkembangannya, berbagai panitia yang telah terbentuk, gagal dan tak berjalan. Lalu pada tahun 1955, panitia Agraria Jakarta yang sempat diam di tempat da. Tak berubah oleh Panitia Soewahjo," Ungkap Aditya. 

Pada tahun berikutnya dibentuklah panitia lainnya, seperti Panitia Negara Urusan Agraria (1956), Rancangan Soenarjo (1958) dan Rancangan Sadjarwo (1960).

Dari berbagai panitia dan rancangan tersebut akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), yang kala itu dipimpin Haji Zainul Arifin menerimanya dan melahirkan UUPA. 

Baca Juga: Cara Top Up Shopee Pay di Livin By Mandiri Mudah Kurang dari 5 Menit Langsung Masuk

Pada sidang DPR-GR tanggal 12 September 1960, Menteri Agraria saat itu, Mr. Sardjarwo dalam pidato pengantarnya mengatakan perjuangan perombakan hukum agraria nasional berjalan erat dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia melepaskan diri dari cengkeraman, pengaruh, dan sisa penjajahan, khususnya perjuangan rakyat tani untuk mendapatkan diri dari kekangan ke sistem feodal atas tanah dan pemerasan kaum modal asing. 

" Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak lahan yang kemudian menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat. Belum lagi didukung dengan kondisi cuaca panas dan hujan serta beriklim tropis yang semakin membuat tanah di Indonesia cocok untuk banyak jenis tanaman." tuturnya. 

Sementara menurut Sekretaris DPC GMNI Bogor, Yunan Sowakil sependapat, Ia mengatakan bahwa Meski besar peluang yang dimiliki sayangnya negara ini masih belum memaksimalkan kesempatan keuntungan di sektor pertanian. 

Baca Juga: The Sexy Doctor is Mine Season 2 Tayang Setiap Hari Apa, Jam Berapa dan Dimana?

" Sebab memang pada dasarnya banyak stigma negatif yang timbul. Salah satunya adalah anggapan bahwa menjadi petani akan menghadapi banyak masalah pertanian terutama di sektor ekonomi, Oleh karena itu faktor ekonomi ini menjadi penggangu dimana pemilik lahan sering ditawarkan harga beli yang tinggi oleh investor. Para pemilik lahan akan terpengaruh atau tergiur dengan harga yang ditawarkan oleh investor yang biasanya lebih mahal 2 kali lipat dari harga biasanya, sehingga para pemilik lahan berpikirlebih baik jika lahannya dijual ke investor karena bisa membeli lahan yang lebih murah di tempat lain." Ungkapnya. 

Adit selaku ketua juga menambahkan  selain dari apa yang dipaparkan Sekretarisnya,  ia mengungkapkan bahwa stigmatisasi lain didorong oleh banyaknya masyarakat yang menganggap bahwa pertanian hanya berujung kepada mencangkul saja. 

" Sehingga terkesan sektor pertanian adalah jorok dan miskin. Citra sektor pertanian yang tampak kotor dan miskin didasari oleh tidak adanya bukti kuat yang mengatakan bahwa bertani itu menjanjikan. Bukan berarti seluruh petani itu miskin. Namun, kebanyakan ekonomi petani masih termasuk kelas menengah ke bawah. Padahal dalam mewujudkan ketahanan pangan petani merupakan pelaku utama, Melalui petani, kebutuhan pangan rumah tangga hingga bahan baku industri dapat terpenuhi dengan baik." Tambahnya. 

Baca Juga: Kelahiran Hari Jumat Legi Cocok dengan Weton Apa? Berikut Prediksi Jodohnya Menurut Primbon Jawa

" Karena stigmatisasi masyarakat terhadap pertanian minat regenerasi petani muda untuk terjun ke dunia pertanian sangat amat dikhawatirkan, Hal ini selaras dengan data yang telah dianalisis mengenai usia petani di Indonesia yang semakin tua." 

" Dalam 30 tahun terakhir, kelompok usia petani di bawah 35 tahun menurun dari 25% menjadi 13%. Sementara, petani yang berusia di atas 55 tahun meningkat dari 18% menjadi 33%. anak-anak muda biasanya bekerja di bidang lain, atau bagi yang berada di pedesaan mereka memilih pindah ke kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika tidak segera ditangani, ketahanan pangan nasional akan sulit dicapai bangsa ini, Ini menjadi masalah penting bagi bangsa ini untuk terus membangkitkan semangat regenerasi petani muda." Jelasnya. 

GMNI Bogor selaku organisasi yang berpegang teguh pada ajaran Marhaenisme mendorong Negara harus sangat serius memperhatikan dengan banyaknya masalah yang terjadi di sektor pertanian ini apalagi dengan yang sering terjadi bahwasanya petani kekurangan modal dengan harga pupuk yang semakin mahal, banyaknya alihfungsi lahan. 

" Negara harus serius dalam menangani pertanian agar bangsa ini bisa mencapai ketahanan pangan nasional  Bung Karno pernah berkata “ Hidup matinya sebuah Negara, ada di tangan sektor pertanian negara tersebut," Tutupnya saat dikonfirmasi. ***

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x