Wacana Penghapusan Premiun Dinilai Positif

- 17 November 2020, 12:10 WIB
SPBU Pertamina stop jualan Premium dan Pertalite
SPBU Pertamina stop jualan Premium dan Pertalite /JAKBARNEWS/

UTARA TIMES - Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai positif rencana penghapusan Premium di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), pada Januari 2021, karena hal itu sangat mendukung komitmen Presiden Joko Widodo pada Paris Agreement.

Untuk itu, menurut dia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diminta segera merevisi aturan mengenai pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium, terutama di Jamali.

Baca Juga: Pada Momen 11.11 J&T Express Capai 11 Juta Pengiriman

“Aturan kewajiban pendistribusian Premium bertolak belakang dengan Paris Agreement. Untuk itu tak ada jalan lain, Kementerian ESDM harus segera merevisi aturan tersebut, sehingga tak ada lagi kewajiban pendistribusian Premium dan ini bisa diawali di Jamali," ujar Mamit di Jakarta, Senin 16 November 2020 kemarin.

Seperti dikutip Utara Times dari Antara. Revisi aturan, lanjutnya, sangat penting baik sebagai bentuk dukungan terhadap Paris Agreement dan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Baca Juga: Dalam 7 Bulan Pendaftar Kartu Prakerja Sampai 43,3 juta

“Dengan demikian revisi memang harus dilakukan. Indonesia akan jadi sorotan internasional jika kebijakannya bertolak belakang dengan komitmen Presiden dalam Paris Agreement,” kata dia.

Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Baca Juga: Jokowi; Usaha Tenaga Medis Jangan Sampai Sia-sia

Hal itu tertuang dalam Dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan tindak lanjut Paris Agreement yang disahkan melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016.

Dalam penyampaian First Nationally Determined Contribution (NDC) disebutkan target penurunan emisi Indonesia hingga 2030 sebesar 29 persen dari Business as Usual (BAU) dengan upaya sendiri dan dengan 41 persen dengan bantuan internasional.

Baca Juga: Indramayu Masuk Dalam Kawasan Rebana Metropolitan

Dalam NDC juga disebutkan bahwa penurunan emisi di Indonesia berfokus pada lima sektor yang berkontribusi dalam upaya penurunan emisi GRK dari BAU 2030 yaitu sektor energi, industri, kehutanan, pertanian, dan limbah.

Terkait berbagai komitmen penurunan emisi GRK itulah, Mamit mengingatkan perbaikan kualitas udara di Jamali memang mendesak, karena kualitas udara yang buruk.

"Salah satu kontributor pencemaran udara adalah sektor transportasi. Sebagai bukti, saat PSBB dilakukan kualitas udara jauh lebih baik," ujarnya.

Baca Juga: Menggunakan Masker Dalam Waktu Lama Bisa Timbulkan Hal Ini

Terkait hal itu Mamit menilai positif Program Langit Biru (PLB) yang saat ini dilaksanakan Pertamina. Menurutnya, program tersebut harus diteruskan di kabupaten/kota lain terutama di Jamali.

Melalui program tersebut, Pertamina bisa melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai manfaat penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Langkah BRI Dukung Pemerintah Tingkatkan Ekspor Indonesia

"Konsumen bisa mengedukasi pengalamannya menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan. Pembakaran mesin menjadi lebih baik. Jarak tempuh menjadi lebih jauh. Mesin menjadi lebih terawat. Polusi yang ditimbulkan menjadi berkurang," pungkasnya.***

Editor: Nur Umar

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x