Kemudian, Mbah Satiti membuat jalan-jalan baru sekaligus mendirikan sebuah pondok untuk pengajaran Injil.
Pondok pengajaran Injil didirikan dekat dengan sumber mata air utama yakni Sendang Biru.
Hingga pada tahun 1931, berdasarkan izin dari pemerintah kolonial Belanda, Sendang Biru disahkan menjadi dusun Desa Sitiarjo.
Lambat laun berjalan, tugas sebagai pendeta di Pasamuan Sendang Biru diserahkan kepada penerusnya.
Bernama Mintasih atau akrab disebut Ngademo, sekaligus diangkat menjadi kepala dusun pertama Sendang Biru.
Memasuki pemerintahan Soeharto sekitar tahun 1980-an, pendatang mulai berdatangan ke Sendang Biru.
Mulai dari masyarakat Madura hingga masyarakat Bugis ikut bermukim di Sendang Biru.
Demikian sejarah Pantai Sendang Biru sebuah pemukiman nelayan dan pekabaran Injil pertama di pesisir Malang Selatan.***