Peristiwa ini bermula dari pendudukan Belanda terhadap Yogyakarta yang kala itu berstatus sebagai ibu kota negara Indonesia.
Adapun ibu kota negara dipindah dari Jakarta karena situasi yang tidak aman setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Jelang Serangan Umum 1 Maret, situasi Yogyakarta sebagai ibu kota sangat tidak kondusif.
Belanda menyebarkan propaganda ke dunia internasional bahwa RI sudah hancur dan tentara Indonesia sudah tidak ada.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat lantas mengirimkan surat kepada Panglima Besar TNI, Jenderal Soedirman, untuk meminta izin diadakannya serangan.
Permintaan itu disetujui Soedirman. Ia pun meminta Sri Sultan HB IX berkoordinasi dengan Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III untuk melakukan serangan.