Asal Muasal Lahirnya Balai Pustaka, Penerbit Superior di Zamannya

- 6 November 2020, 15:51 WIB
Balai pustaka
Balai pustaka /Jakarta.go.id /

Perlahan tapi pasti, semarak penerbitan karya sastra kian mendapat perhatian.

Pengarang-pengarang baru mulai bermunculan. Di sisi lain, hal tersebut tampaknya bukan pemandangan yang indah bagi kaum kolonial.

Derasnya pendistribusian karangan-karangan dari peranakan Tionghoa maupun bumiputra membuat pemerintah Belanda cemas.

Baca Juga: Pastikan Tujuan Saat Memulai Bisnis

Mereka mencurigai muatan-muatan konten yang terkandung dalam bacaan yang mudah didapat masyarakat dari kelas sosial manapun itu.

Pasalnya, memang bacaan-bacaan yang diterbitkan oleh penerbit partikelir itu dihargai cukup murah, mulai dari F. 0,50 sampai F. 2,50 per jilid cerita bersambung. (Erowati dan Bahtiar, 2011: 23)

Karangan-karangan yang betul-betul mengandung muatan yang tidak diingankan Belanda memang turut beredar kala itu.

Para pengarangnya adalah seorang bumiputra yang menjadi pemimpin gerakan, seperti Semaoen, Musso, dan Mas Marco Kartodikromo. 

Baca Juga: iPhone 12 Mini Lebih lambat di charger, berikut Ini kendala dan cara mengatasinya

Karya yang mereka tawarkan adalah karya-karya yang menggugah semangat nasionalisme rakyat Hindia. Hal yang tidak ditemui dalam karya sastra dalam kurun waktu yang sangat lama, bahkan dalam karya-karya penulis Tionghoa sekalipun.

Halaman:

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x