Puasa Ayyamul Bidh: Niat, Hikmah, dan Segudang Keutamaannya

11 Agustus 2022, 18:40 WIB
Puasa Ayyamul Bidh: Niat, Hikmah, dan Segudang Keutamaannya /Pixabay

UTARA TIMES – Puasa Ayyamul Bidh sunah dilakukan setiap bulan. Sebelum mengerjakannya umat Islam perlu memahami bagaimana niatnya.

Ayyamul Bidh artinya hari-hari yang malamnya terang.

Selain menyimpan hikmah yang dahsyat, keutamannya juga sangat besar.

Rasulullah menganjurkan umat Islam mengerjakan puasa Ayyamul Bidh ini karena hikmah dan keutamaannya yang sangat besar itu.

Puasa ini disebut Ayyamul Bidh karena pada malam harinya bulan bersinar terang.

Tidak mengherankan, sebab puasa ini sunah dikerjakan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Qamariyah.

Baca Juga: Tips Makan Sehat bagi Penderita Diabetes, Harus Istiqomah agar Sehat!

Seperti diketahui, pada tanggal-tanggal itu bulan purnama bersinar terang di malam hari.

Dalam kitab Kanz ar-Raghibin halaman 472 diterangkan bahwa sahabat Abu Dzar meriwayatkan,

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintah kami untuk berpuasa selama tiga hari Bidh setiap bulan, yakni tanggal 13, 14, dan 15.”

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam an-Nasai dan Ibnu Hibban.

Berikut niat puasa Ayyamul Bidh. Niat ini tidak harus dibaca secara lisan, cukup di dalam hati saja.

Baca Juga: Tips Makan Sehat bagi Penderita Diabetes, Harus Istiqomah agar Sehat!

Waktu membacanya adalah malam hari, atau maksimal sebelum Subuh.

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu shouma ayyaamil biidh lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Saya niat puasa Ayyamul Bidh karena Allah Taala.”

Sebagaimana disinggung di atas, hikmah berpuasa Ayyamul Bidh sangat besar. Apa saja hikmah-hikmah tersebut? Berikut rinciannya.

1. Puasa adalah obat bagi jiwa

Jika jiwa sedang sakit karena berbagai masalah dalam hidup maka puasa adalah obatnya. Dengan berpuasa jiwa akan pulih dan sehat seperti sedia kala.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Penculikan Soekarno Hatta Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Demikian pula penyakit hati seperti iri, dendam, buruk sangka, dan yang lainnya, bisa sembuh jika seseorang istiqomah berpuasa.

2. Perisai agar tidak tergelincir pada keburukan

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda bahwa puasa adalah perisai dari dorongan nafsu. Tanpa puasa maka seseorang laksana prajurit perang yang tidak membawa perisai.

Selain hikmahnya yang begitu besar, puasa Ayyamul Bidh juga memiliki keutamaan yang luar biasa. Berikut adalah keutamaan-keutamaan itu.

1. Setara dengan puasa selama satu bulan

Baca Juga: Apakah Abu Nawas Gila Setelah Ditinggal Ayahnya Wafat? Ternyata Begini Cerita Lengkapnya

Ini disebabkan pahala kebaikan akan Allah lipat gandakan hingga 10 kali.

Jika seseorang berpuasa tiga hari berturut-turut pada tanggal 13, 14, dan 15 maka pahala puasanya dilipatgandakan 10 kali atau setara dengan berpuasa selama satu bulan.

Keterangan ini bisa dibaca dalam kitab Fathul Muin karangan Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, halaman 183.

2. Merupakan salah satu wasiat Rasulullah

Puasa Ayyamul Bidh adalah wasiat yang disampaikan oleh Rasulullah kepada Abu ad-Darda’.

Baca Juga: Inilah Berbagai Macam Lomba 17 Agustus yang Lucu, Dijamin Bisa Membuat Para Penonton Tertawa

Selain puasa Ayyamul Bidh beliau juga memerintahkan Abu ad-Darda’ untuk mengerjakan shalat Dhuha dan Witir.
Mendapat wasiat seperti itu Abu Darda’ berkata bahwa dirinya tidak akan meninggalkan tiga ibadah sunah itu seumur hidupnya.

3. Mengikuti sunah Rasulullah

Rasulullah biasa mengerjakan puasa sunah, salah satunya puasa Ayyamul Bidh. Para nabi dan rasul juga melakukan puasa sunah sesuai dengan kemampuan mereka.

Nabi Isa berpuasa tiga hari sekali. Nabi Daud berpuasa dua hari sekali. Nabi Nuh berpuasa setiap hari.

Rasulullah istiqomah berpuasa pada hari Senin dan Kamis, juga pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan.

Perbedaan hari puasa para nabi itu menyesuaikan kemampuan umatnya. Nabi Nuh dan umatnya dikenal kuat dan betah menahan lapar.

Sedang Nabi Muhammad mengerti batas kemampuan umatnya. Itu sebabnya beliau tidak menganjurkan umatnya berpuasa seperti umatnya Nabi Nuh.

Di samping itu, sebagai obat jiwa maka berpuasa juga harus secukupnya. Sama dengan penggunaan obat pada umumnya.***

Editor: Anas Bukhori

Tags

Terkini

Terpopuler