Baca Juga: Keresahan Pengusaha Tekstil: PLN Mampu Meringankan dan THR Tepat Waktu
Akan tetapi, terdapat kondisi atau faktor “X” seperti situasi ekonomi terkini global yang hal tersebut di luar dari kuasa atau kontrol pemerintah. Hal ini yang kemudian kira-kira disebut sebagai takdir.
Lalu bagaimana menyikapi hal demikian? sikap optimis. Tapi ingat, optimisme yang hati-hati, bukan optimisme yang kebablasan.
Takdir ini mengajarkan kita tentang rendah hati, realistis, dan tidak bertindak untuk membabi-buta agar tidak terjerumus ke dalam kekecewaan yang mendalam.
Dengan demikian, kita bisa mengubah sesuatu, bukan dalam rangka melawan takdir, tetapi justru memanfaatkan takdir untuk kemashalatan kita sendiri.
Baca Juga: Rekomendasi olahan Ayam Menu Buka Puasa dan Sahur Tanpa Ribet dan Mudah Dibuat Di rumah
Jadi, pengetahuan tentang takdir ini jika dipahami dengan tepat bukan berarti kita memiliki sifat menyerah atau pasrah. Tapi justru sifat yang realistis. Kita berusaha, tetapi usaha ada batasnya. Tugas kita hanyalah mengetahui batas-batas kita itu dan memaksimalkan usaha kita.
Tindakan yang sudah mencapai batas ini menjadi pengingat untuk kita sadar dan realistis akan keadaan. Bila kita memaksakan kehendak, maka kekecewaan dan deperesi akan menghampiri diri. Hal itu menjadikan hati kita tidak sehat secara mental.
Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 13 April 2021 Full Episode, Andin dan Aldebaran Robek Surat Perjanjian Nikah