Baca Juga: Cek Jadwal Imsak Jakarta Hari Ini 16 Juni 2024 Lengkap dengan Bacaan Niat Puasa Arafah
Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismâ’îl menjawab dengan jawaban yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allâh jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya sendiri:
قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya, “Ismâ’îl menjawab: ‘Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyâa Allâh engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS As-Shâffât: 102)
Jawaban Ismâ’îl yang disertai “Insyâa Allâh” menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allâh. Apa pun yang dikehendaki Allâh pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allâh pasti tidak akan terjadi.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh
Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrâhîm lantas menciumnya dengan penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan mengatakan kepada Ismâ’îl:
نِعْمَ الْعَوْنُ أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللهِ
Artinya, “Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allâh, duhai putraku.”