Buaya Jelmaan Dibawa Pulang dan Disambut Warga

- 14 November 2020, 19:52 WIB
Ilustrasi buaya.
Ilustrasi buaya. /minbiformat69/Pixabay

UTARA TIMES – Setelah ditemukan seekor buaya yang diketahui berasal dari Sungai Tallo dibawa pulang oleh warga Makassar, Sulawesi Selatan.

Hingga keputusan itu diambil lantaran warga memegang kepercayaan bahwa buaya tersebut merupakan jelmaan manusia yang merupakan salah satu keluarga dari seorang warga bernama Muliadi.

Baca Juga: Bebarengan Piala Dunia U-20, Liga 1 Bisa Jadi Vakum Lagi

Sebagaimana dikutip dari Pikiranrakyat-Depok.com, tak hanya itu, untuk menyambut buaya tersebut, warga melakukan upacara besar-besaran.

Buaya yang diberi nama Halimah tersebut disambut dengan alunan gendang yang dimainkan oleh penduduk kampung tersebut.

Bahkan, sebagai tanda hormat, buaya tersebut dibalut dengan kain kafan.

Baca Juga: Mengejutkan, Kelelahan Sebagai Salah Satu Gejala Covid-19

Para warga menganggap bahwa Halimah merupakan saudara kembar seorang manusia.

Bhabinkamtibmas Tello Baru Bripka Muhammad Kazim mengatakan bahwa buaya tersebut dibawa pulang untuk bertemu dengan warga yang mengaku keluarga dari buaya tersebut.

“Buaya itu dibawa pulang ke salah satu rumah penduduk di Jalan Paccinang 5 milik Muliadi untuk bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai keluarga buaya,” kata Kazim.

Baca Juga: Topang Pertumbuhan Ekonomi, BI Rencanakan Koordinasi Lanjutan Dengan Pemerintah

Kazim sebelumnya menyarankan kepada warga untuk mengurung buaya tersebut di dalam sebuah kandang, namun permintaan tersebut ditolak.

Demi menghargai kepercayaan warga terhadap buaya itu, Kazim kemudian tidak memaksakan saran tersebut.

“Bagi menghormati kepercayaan mereka, saya tidak memaksa,” kata Kazim.

Baca Juga: Jisoo 'BLACKPINK', Pemeran Utama Drama 'Snowdrop'

Sementara itu, pendiri Animal Defender, Doni Herdaru Tona menyarankan agar buaya tersebut dikembalikan ke habitat aslinya.

Menurut Doni, buaya tidak boleh tinggal di lingkungan manusia karena bisa menimbulkan sesuatu yang buruk di kemudian hari, bahkan bisa berubah menjadi sasaran kemarahan warga.

Baca Juga: Mempunyai Karakter Berjuang dan Patut Ditiru Bisa Jadikan Milenial Sebagai Pahlawan

“Saya seratus persen yakin bahwa takhayul seperti ini tidak perlu dan tidak ada gunanya sama sekali. Nanti jika ada kejadian buruk di masa depan, yang akan disalahkan buaya,dan buaya akan dianiaya. Dia perlu tinggal di persekitaran bagi keseimbangan alam, bukan di rumah,” ujarnya.

Perlu diketahui, kepercayaan masyarakat Indonesia terkait buaya adalah jelmaan manusia bukanlah hal yang baru di lingkungan masyarakat Sulawesi Selatan.

Seorang ahli sejarah Universitas Negeri Makassar, Taufik Ahmad menjelaskan bahwa orang Bugis dan Makassar memang menjadikan buaya sebagian daripada kehidupan manusia.

Baca Juga: Bantahan Korindo Kepada Greenpeace Soal Pembakaran Lahan

Di Kabupaten Bone, menurutnya, buaya dikenali sebagai Tori Salo atau penduduk manusia di sungai.

Sedangkan di Kabupaten Luwu, buaya disebut Ampu Salu atau penguasa sungai, bahkan orang-orang Luwu, kata Taufik, memanggil buaya menggunakan sebutan nenek.

Menurut Taufik, kepercayaan masyarakat Makassar itu muncul sebagai salah satu cara manusia untuk melindungi sungai.

Baca Juga: Ferrari Hadirkan SF90 Stradale Hybrid

Sementara iu, ahli sejarah lain bernama Andi Achdian, mengatakan bahwa kepercayaan yang dianut masyarakat Makassar itu tidak boleh dilihat dari perspektif rasional dan tidak rasional, dengan kata lain kepercayaan itu tidak dapat disebut benar atau tidak benar.***

Editor: Nur Umar

Sumber: Depok.pikiran-rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah