Google Doodle Hari Ini: Mengenang Sosok Sapardi Djoko Damono

- 20 Maret 2023, 09:35 WIB
Google Doodle Hari Ini: Mengenang Sosok Sapardi Djoko Damono
Google Doodle Hari Ini: Mengenang Sosok Sapardi Djoko Damono /Instagram/ @damonosapardi/

UTARA TIMES – Pada tanggal tertentu, tampilan Google Doodle akan berubah – berubah, termasuk google Doodle hari ini yang menampilkan sosok pria berkacamata yang memegang payung dan sebuah buku.

Google Doodle hari ini menampilkan sosok Sapardi Djoko Damono.

Lalu mengapa Sapardi Djoko Damono sampai ditampilkan di google Doodle hari ini?

 

Selengkapnya, Anda bisa melihat perjalanan Sapardi Djoko Damono yang tampil di google Doodle hari ini dalam ulasan berikut.

Baca Juga: 15 Poster Ucapan Ramadhan 2023 Gratis dan Bisa Diedit, Akses Link Download di Sini

Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan yang banyak berkontribusi bagi dunia sastra Indonesia.

Sapardi dikenal luas sebagai penyair papan atas yang telah melahirkan segudang puisi. 

Salah satu puisi Sapardi Djoko Damono yang populer hingga dimusikalisasikan yaitu puisi berjudul Aku Ingin di buku puisinya yang berjudul Hujan Bulan Juni.

 

Hujan Bulan Juni merupakan film yang diadaptasi dari bukunya Sapardi Djoko Damono di tahun 2017 silam.

Lalu siapa sebenarnya sosok Sapardi Djoko Damono yang tampil di google Doodle hari ini?

Berikut profil lengkapnya sebagaimana dilansir dari Ensiklopedia Kemendikbud.

Baca Juga: Instragmable! Ini 4 Wisata Alam di Indramayu yang Cocok jadi Ide Liburan Lebaran 2023

Tak hanya dikenal sebagai penyair, Sapardi juga terkenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra. 

Ia lahir sebagai anak pertama pasangan Sadyoko dan Saparian, di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Maret 1940. 

 

Sapardi merupakan penyair asal Solo yang memperistri Wardiningsih dan dikaruniai dua orang anak, seorang perempuan (Rasti Sunyandani) dan seorang laki-laki (Rizki Henriko). 

Ia pernah menempuh pendidikan SR (sekolah rakyat) Kraton “Kasatriyan”, Baluwarti, Solo, lalu SMP Negeri II Solo. 

Baca Juga: Ini Jadwal Imsak dan Buka Puasa 2023 Kota Bandung Selama 30 Hari Full 

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, Sapardi kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurusan Sastra Inggris. 

Sementara itu, Sapardi juga pernah menempuh pendidikan tentang pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, tahun 1970—1971. 

 

Tahun 1989 Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi yang berjudul “Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur”. Tahun 1995 ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.

Berdasarkan latar belakang pekerjaan, Sapardi pernah mengajar sebagai dosen tetap, Ketua Jurusan Bahasa Inggris, IKIP Malang Cabang Madiun, tahun 1964—1968. 

Baca Juga: Instragmable! Ini 4 Wisata Alam di Indramayu yang Cocok jadi Ide Liburan Lebaran 2023

Kemudian ia dikukuhkan sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, tahun 1968—1973. 

Sejak tahun 1974 bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia.

Sapardi Djoko Damono menjabat Pembantu Dekan III, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia tahun 1979—1982, lalu diangkat sebagai Pembantu Dekan I pada 1982—1996 dan akhirnya menjabat Dekan pada 1996—1999 di fakultas dan universitas yang sama. 

 

Sapardi pensiun sebagai guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia tahun 2005, tetapi masih diberi kewenangan sebagai promotor konsultan dan penguji di beberapa perguruan tinggi, termasuk menjadi konsultan Badan Bahasa. 

Di samping bekerja sebagai dosen di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Sapardi pernah menjabat Direktur Pelaksana “Yayasan Indonesia” Jakarta (1973—1980), redaksi majalah sastra Horison (tahun 1973), sebagai Sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (sejak 1975); sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta (1977—1979); sebagai anggota redaksi majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta (sejak 1983); sebagai anggota Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka, Jakarta (sejak 1987); sebagai Sekretaris Yayasan Lontar, Jakarta (sejak 1987); dan sebagai Ketua Pelaksana Pekan Apresiasi Sastra 1988, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta (1988).

Tahun 1986 di Wisma Arga Mulya, Tugu, Bogor, di depan peserta Penataran Sastra Tahap I dan Tahap II Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, ia mengemukakan argumen untuk mendirikan organisasi profesi kesastraan di Indonesia. 

 

Pada tahun 1988, diumumkan organisasi yang didirikan oleh Sapardi Djoko Damono, Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI). 

Sapardi Djoko Damono terpilih sebagai Ketua Umum Hiski Pusat selama tiga periode. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI), dan sebagai anggota Koninklijk Instituut vor Taal Land-en Volkenkunde (KITLV). 

Ia berkontribusi mendukung pengembangan kariernya sebagai sastrawan dengan menghadiri berbagai pertemuan internasional, seperti Tahun 1971 ia menghadiri Translation Workshop dan Poetry International, Rotterdam, negeri Belanda. 

 

Pada tahun 1978 itu juga ia menghadiri Seminar on Literature and Social Change in Asia di Australia National University, Camberra, dan sebagai penulis dalam Festival Seni di Adelaide. 

Pada tahun itu juga ia mengikuti Bienale International de Poesie di Knokke-Heusit, Belgia. 

Sejak tahun 1978 Sapardi menjabat Country Editor majalah Tenggara Journal of Southeast Asian Literature, Kuala Lumpur. 

Sejak 1982 ia tercatat sebagai anggota penyusun Anthropology of Asean Literature, COCI, ASEAN. Tahun 1988 Sapardi menjadi panelis dalam Discussion dan sebagai anggota Komite Pendiri Asean Poetry Centre di Bharat Bhavan, Bhopal, India. 

 

A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989) menyatakan bahwa Sapardi adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar tahun 1960. 

Terlihat jelas ada perkembangan dalM puisi Sapardi, terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya. 

Oleh sebab itu, sudah barang tentu sangat perlu mengikuti jejak Sapardi dalam tahun-tahun mendatang. Dia seorang penyair yang orisinil dan kreatif, dengan percobaan-percobaan pembaharuannya yang mengejutkan, tetapi dalam segala kerendahan hatinya, boleh jadi menjadi petunjuk tentang perkembangan-perkembangan mendatang.

Masih banyak momentum dan usaha – usaha Sapardi Djoko Damono dalam menaikkan derajat sastra Indonesia.

Demikian informasi tentang Google Doodle hari ini yang menampilkan sosok Sapardi Djoko Damono.***

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x