Refleksi Hari Bawa Bekal Nasional yang Diperingati Menjelang Hari Kartini Setiap Tahun 

18 April 2024, 16:07 WIB
Hari bawa bekal nasional /Unsplash/Bayu Syaits

 

UTARA TIMES- Hari Bawa Bekal Nasional memang tidak sepopuler peringatan Hari Kartini pada bulan April. 

Akan tetapi tentu bagi banyak kalangan pada saat sekolah maupun kerja, membawa bekel sendiri menjadi hal penting dalam proses menjaga kesehatan. 

Mengutip beberapa sumber, Hari Bawa Bekal diinisiasi karena melihat data BPOM pada tahun 2006-2010 yang menunjukkan 48% jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia berbahaya. 

Selain itu, peringatan ini awalnya digagas oleh salah satu perusahaan multinasional peralatan rumah tangga. Usulan itu kemudian disetujui oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Baca Juga: Daftar Bansos Cair Setelah Libur Lebaran 2024! Cek Di Sini

Peringatan Hari Bawa Bekal Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membawa bekal demi menjaga mutu gizi yang dikonsumsi. Alasan lainnya, yaitu untuk mendorong kebiasaan untuk membawa bekal dari rumah ke tempat kerja, sekolah, atau kegiatan sehari-hari lainnya.  

Hari Bawa Bekal Nasional mengingatkan seseorang pada saat masa sekolah. Seperti yang dialami oleh Yunan Sowakil yang menuliskan refleksi Hari Bawa Bekal Nasional dibawah ini

Ingatan melayang ke masa puluhan dan belasan tahun lalu ketika seorang kawan memberi tahu bahwa sejak tahun 2013 tanggal 12 April ditetapkan sebagai Hari Bawa Bekal Nasional. Sampai kami bertiga kakak beradik menginjak kelas 5 SD di tahun 1985 – 1987, ibu selalu membuatkan bekal nasi beserta lauk pa

Refleksi Hari Bawa Bekal Nasional

Oleh: Yunan Sowakil

Ingatan melayang ke masa puluhan dan belasan tahun lalu ketika seorang kawan memberi tahu bahwa sejak tahun 2013 tanggal 12 April ditetapkan sebagai Hari Bawa Bekal Nasional.

Baca Juga: Kapan PKH Cair Lagi? Ini Jadwal Cair Mulai Bulan April 2024 dan Cara Cek Penerima Online

Mengingat kembali cerita dari teman saya, yang memiliki tiga saudara, kakak beradik pada saat menginjak kelas 5 SD di tahun 1985 – 1987, ibu mereka selalu membuatkan bekal nasi beserta lauk pauk untuk dibawa ke sekolah. 

Menurut cerita ibunya selalu beralasan agar kakak beradik temen saya itu belajar mengelola keuangan sendiri ketika ia memberi pilihan apakah akan tetap membawa bekal makanan dari rumah atau membawa uang jajan ke sekolah. Dari cerita tersebut maka hal yang sama juga saya terapkan kepada adik adik saya saat ini.

Dari laman pencarian di internet, Hari Bawa Bekal Nasional ditetapkan dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari jajanan di sekitar sekolah yang berbahaya bagi kesehatan dan asupan gizi bagi pertumbuhan anak-anak. Dengan sendirinya juga untuk memperbaiki dan meningkatkan asupan gizi bagi anak-anak.

Baca Juga: Kapan Pendaftaran PPK, PPS dan KPPS Pilkada 2024? Simak juga Besaran Gaji yang Didapat

Bagi para ibu, yang umumnya adalah pelaku tunggal dalam proses pembuatan dan penyiapan bekal, proses tersebut menuntut kedisiplinan yang cukup tinggi karena mereka harus bangun lebih pagi.

Waktu tidur malam para ibu sudah pasti berkurang karena harus menyiapkan bekal, dan akan berkurang lagi bila para suami meminta “waktu khusus”.

Akibat info tentang Hari Bawa Bekal Nasional tersebut, pikiran menjadi terganggu terkait 2 hal dalam proses pembuatan bekal, yaitu peran ibu yang adalah perempuan dan cara berpikir yang dibentuk oleh proses pembuatan bekal.

Hari Bawa Bekal Nasional hanya berjarak 9 hari sebelum Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah proses pembuatan bekal hanya menjadi tanggung jawab ibu?

Baca Juga: Warna Sage Green Diambil dari Nama Apa? Ini Karakteristik Orang Penyuka Warna Hijau

Apa yang disebut sebagai emansipasi atau kesetaraan gender secara umum menyatakan bahwa peran dan fungsi Perempuan yang tidak bisa digantikan hanya yang terkait dengan organ biologisnya, yaitu menstruasi, mengandung/melahirkan, dan menyusui.

Fungsi dan peran lain yang tidak terkait dengan 3 fungsi biologis tersebut adalah merupakan konstruksi sosial yang distempelkan kepada Perempuan dan sesungguhnya dapat dikerjakan Bersama oleh Perempuan dan laki-laki (isteri dan suami). Karena proses penyiapan bekal tidak terkait dengan fungsi organ biologis bawaan Perempuan, maka sesungguhnya para ayah pun dapat (dan mungkin harus) terlibat dalam proses penyiapan bekal bagi anak-anak.

Proses penyiapan bekal menuntut tahapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan memberi uang jajan. Hal ini dapat berdampak pada pembentukan pola pikir dan pola tindak yang tidak menggampangkan suatu persoalan (Nggampangke, dalam Bahasa Jawa).

Dalam skala yang lebih luas, pola pikir dan pola tindak yang tidak menggampangkan suatu persoalan ini akan berdampak pada cara pikir yang lebih komprehensif dan holistik. Pada titik ini, ingatan menyempit ke waktu 2 bulan yang lalu.

Apakah cara berpikir dan cara tindak yang menggampangkan persoalan menjadi sebab dari dipilihnya pasangan calon presiden – calon wakil presiden yang terlihat lebih santai dan tidak punya program kerja yang rumit-rumit?

Demikian refleksi Hari Bawa Bekel Nasional yang menjadi hari penting pada bulan April setiap tahun.***

Editor: Anas Bukhori

Tags

Terkini

Terpopuler