UTARA TIMES- Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai dokumen sosial, maka dari itu karya sastra dapat dilihat sebagai rekam jejak yang mencatat realitas keadaan sosial budaya pada masa karya tersebut diciptakan (Emzir, 2016:114)
Dalam perspektif sosiologi sastra, karya sastra antara lain dapat dipandang sebagai produk masyarakat, sebagai sarana menggambarkan kembali (representasi) realitas dalam masyarakat (Wiyatmi, 2013:10).
Fakta fakta cerita yang ada dalam sebuah karya sangat mungkin merupakan potret dari realitas yang terjadi di lingkungan sekitar.
Baca Juga: Film 'BTS' Siap Meluncur Ke Luar Jakarta
Dalam novel Saman (1998) karya Ayu Utami terdapat beberapa peristiwa yang menggambarkan atau merepresentasikan keadaan zaman pada masa orde baru. Berikut peristiwanya.
Penangkapan aktivis
Demonstrasi pemogokan buruh di Medan secara besar-besaran pada tahun 1994 digambarkan pada novel Saman.
Tokoh Wissanggeni diangkat sebagai aktor ataupun dalang dari pemogokan tersebut sehingga ia harus melarikan diri ke Amerika atas bantuan Yasmin.
Isu komunis
Semenjak peristiwa pengkhianatan Gerakan 30 September atau yang biasa disebut G30S/PKI, kehidupan di Indonesia seakan-akan dihantui dengan kata “komunis”. Peristiwa saat Wissanggeni telah diculik dan dianiaya di sebuah pabrik oleh para aparat namun ia berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di suatu tempat.
Baca Juga: Kemendes Sosialisasikan Dana Desa Untuk 2021
Namun pada berita yang beredar atas perlawanan yang dilakukan oleh warga desa disinyalir didalangi oleh Wisanggeni. Ia dituduh menyebarkan paham komunis dan membuat jaringan basis petani dan buruh di desa-desa.
Kekerasan oleh Aparat Tentara
Kasus penculikan dan penghilangan paksa serta kekerasan yang dilakukan pada masa orde baru merupakan hal yang sering terjadi dan bahkan ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat.
Baca Juga: Hari Pahlawan, Berikut ini Quotes Pahlawan Nasional untuk Generasi Bangsa
Pada novel ini terjadi pula penyiksaan dan penculikan yang dialami oleh tokoh Saman atau Wisanggeni yang dicurigai membantu warga untuk menolak sebuah perusahaan yang mengeksploitasi desanya.
Korupsi kolusi dan Nepotisme
Kolusi dan nepotisme dilakukan oleh para pejabat dan pengusaha guna mendapatkan keuntungan seluas-luasnya dan mengeruk harta negara sedalam-dalamnya. Peristiwa kecelakaan yang terjadi di Laut Cina Selatan saat pengeboran minyak yang dilakukan oleh Sihar dan Rosano serta beberapa tokoh lain.
Baca Juga: Kemendes Sosialisasikan Dana Desa Untuk 2021
Peristiwa itulah yang menimbulkan konflik antara Sihar dan Rosano, namun berkat ayahnya dan koneksinya yang luas terhadap para pejabat pemerintah menyebabkan dirinya sulit tersentuh oleh hukum.***