Tak Sembarangan, Ternyata Begini Nilai Moral yang Terkandung dalam Tradisi Ruwah

- 4 Maret 2022, 15:20 WIB
Tak Sembarangan, Ternyata Begini Nilai Moral yang Terkandung dalam Tradisi Ruwah
Tak Sembarangan, Ternyata Begini Nilai Moral yang Terkandung dalam Tradisi Ruwah /Pixabay/tigerlily71

UTARA TIMES – Tradisi ruwah atau ruwahan adalah tradisi yang masih lazim dipraktekkan hingga sekarang oleh masyarakat Jawa.

Ruwah memiliki akar kata arwah atau roh para leluhur. Dikutip dari puromangkunegaran.com, konon katanya, oleh sebab itu, bulan ruwah dijadikan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur.

Ruwah dalam kalender Jawa sendiri merujuk pada bulan ketujuh yang sama dengan Bulan Sya’ban pada penanggalan hijriyah.

Umumnya, pada waktu-waktu ini, masyarakat Jawa melakukan ziarah kubur sebagai bentuk penghormatan dan mengenang leluhur mereka.

Baca Juga: Ruwah: Makna serta Tradisi Ruwahan di Beberapa Daerah di Jawa

Sebenarnya apa perbedaan ruwah, ruwahan dan nyadran? Mungkin tiga istilah itu sering didengar oleh telinga kita.

Namun pada kenyataannya, tidak semua orang tahu perbedaan di antara ketiganya, bahkan orang Jawa sekalipun.

Ruwah merupakan nama bulan dalam penanggalan Jawa. Ruwahan itu adalah penyebutan untuk aktivitasnya.

Sedangkan nyadran ialah rangkaian budayanya, yakni mulai dari tradisi bersih kubur, tabur bunga, hingga kenduri selametan di makam para leluhur orang Jawa. Ada juga yang menyebutkan bahwa nyadran itu adalah momen saat ziarah kuburnya.

 Baca Juga: Telah Terbit! Novel Terbaru Tere Liye yang Berjudul ‘Bibi Gill’, Ini Sinopsisnya

Di tiap daerah di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah, tata cara pelaksanaan ruwahan itu berbeda-beda. Tetapi secara garis besar rangkaian kegiatannya sama.

Terdapat upacara bersih kubur di mana masyarakat membersihkan makam dengan mencabuti rerumputan liar yang tumbuh, membersihkan batu nisan, hingga menabur serta menyirami tanah kuburan dengan air dan bunga tujuh rupa.

Pada umumnya, tradisi ruwah ini dilaksanakan secara kolektif oleh berbagai macam elemen masyarakat di suatu kampung. Di perkampungan yang lebih modern, biasanya diadakan juga pengajian yang mengundang ustadz atau kiai lokal setempat.

 Baca Juga: Kenali Karakter Seseorang Melalui Elemen Kelahiran, Simak Arti Elemen Hari Kamis Menurut Primbon Jawa

Ketika masyarakat Jawa menziarahi makam para leluhurnya, atau di beberapa daerah di Pulau Jawa disebut dengan nyadran, dalam tradisi ruwahan, sebenarnya kegiatan tersebut memiliki makna filosofis tersendiri.

Masyarakat Jawa hidup dengan ajaran kebudayaan yang masih kental. Salah satu filosofi Jawa yaitu sangkan paraning dumadi, diwujudkan dalam tradisi ruwahan.

Makna sesungguhnya dari menziarahi makam leluhur di Bulan Ruwah ini ialah perihal ketauhidan. Pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah agar dalam hidup ini, keturunan yang masih hidup tetap mengingat asal-usulnya (sangkan paraning dumadi).

 Baca Juga: Weton Hari Ini 3 Maret 2022, Keistimewaan Watak, Jodoh dan Pekerjaan  Kamis Pon

Sedangkan kegiatan selametan atau dalam istilah keislaman modern adalah tasyakur, sesungguhnya memiliki pesan moral agar manusia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Ubarampe di dalamnya seperti sayuran, buah, dan lain-lain itu merupakan perwujudan rasa syukur kepada-Nya.

Selain itu, terdapat dimensi moral ibadah habluminannas di dalamnya, yakni agar manusia senantiasa tepo salira, guyub rukun dengan tetangga, serta mengajarkan umat untuk senantiasa berbagi.***

Editor: Nurmaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah