Paduka Raja bertanya heran, “Penyihir yang mana, wahai Abu Nawas?”
“Dua orang penjaga pintu istana itulah penyihirnya. Mereka telah menyihir burung nuri menjadi burung gereja. Kalau Paduka tidak percaya, tunggulah besok di istana Paduka akan menyaksikan sendiri betapa hebatnya sihir mereka. Saya masih punya burung satu lagi untuk Paduka,”
Sang raja bertanya, “Burung Apa itu?”
“Burung pipit, Paduka yang mulia,” balas Abu Nawas.
“Burung pipit? Kamu sendiri kan tahu saya tidak suka dengan burung pipit,”
“Sebentar, sabar dulu Paduka yang mulia. Besok pagi saya akan ke istana membawa burung pipit nanti bisa disihir menjadi burung nuri oleh kedua pengawal yang menjaga pintu istana,”
Baca Juga: Benarkah Abu Nawas Bisa Membangun Istana di Atas Awan? Begini Uraian Kisahnya
Pagi-pagi sekali Abu Nawas sudah tiba di istana. Dia membawa burung pipit. Di depan gerbang, lagi-lagi Abu Nawas dicegat oleh kedua pengawal.
“Ada perlu apalagi kau di sini?” hardik si pengawal.
“Sudah kubilang, paduka Raja sedang tidak menerima tamu,”