Apakah Abu Nawas Gila Setelah Ditinggal Ayahnya Wafat? Ternyata Begini Cerita Lengkapnya

- 11 Agustus 2022, 16:58 WIB
Informasi mengenai Apakah Abu Nawas Gila Setelah Ditinggal Ayahnya Wafat? Ternyata Begini Cerita Lengkapnya.
Informasi mengenai Apakah Abu Nawas Gila Setelah Ditinggal Ayahnya Wafat? Ternyata Begini Cerita Lengkapnya. /Youtube/humorsufiofficial

UTARA TIMES – Berikut ini adalah uraian cerita Abu Nawas ketika ia dianggap gila oleh para tetangganya, setelah ditinggal ayahnya.

Abu Nawas adalah anak seorang pejabat istana. Ayahnya yang bernama Syekh Maulana menjabat sebagai hakim. Ia dikenal sangat jujur dan adil dalam memutuskan suatu perkara.

Suatu ketika, ayah Abu Nawas jatuh sakit. Ia hanya bisa terbaring lemas di tempat tidurnya. Ketika Abu Nawas menemani ayahnya yang sedang sakit, sang ayah berkata, “Abu Nawas anakku, aku sudah hampir mati sekarang. Ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku,”

Abu Nawas langsung menuruti permintaan terakhir ayahnya. Ia mencium telinga kanan ayahnya yang ternyata berbau harum. Sedangkan telinga yang sebelah kiri berbau sangat busuk.

Baca Juga: Cerita Abu Nawas Pergi ke Bulan Sampai Membuat Raja Harun Al Rasyid Heran

Abu Nawas pun heran dengan hal itu, kemudian ayahnya berkata:  “Wahai anakku, ceritakan kepadaku sejujurnya bagaimana bau kedua telingaku ini?,”

Abu Nawas menjawab, “Saya sungguh heran ayah, telinga sebelah kanan ayah berbau harum tapi telinga yang sebelah kiri berbau busuk,”

Sang ayah pun kembali berkata kepada Abu Nawas, “Hai anakku, tahukah engkau apa sebabnya?” tanya sang ayah. “Tidak tahu, ayah. Cobalah terangkan kepadaku,”  jawab Abu Nawas.

Kemudian ayahnya bercerita. “Pada suatu hari, datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya tapi yang seorang lagi, karena aku tidak suka, maka tak kudengar pengaduannya. inilah risiko menjadi hakim, jika kelak kau menjadi hakim maka kau akan mengalami hal yang sama.

Namun jika kau tidak ingin menjadi hakim, maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai hakim oleh raja Harun Al Rasyid. 

Akan tetapi pasti Paduka yang mulia akan tetap memilihmu. Tidak lama kemudian, sang ayah pun meninggal dunia. Mengetahui kabar duka tersebut raja Harun Al Rasyid memerintahkan Abu Nawas mengubur jenazah ayahnya sesuai adat keluarga Syekh Maulana.

Baca Juga: Cerita Abu Nawas Diusir dari Kampungnya oleh Raja Harun Al Rasyid, Begini Syarat Saat Ia Ingin Kembali

Sang raja merasa senang saat melihat Abu Nawas sedang memandikan jenazah mengkafani, mensholati, dan mendoakan sebab kepandaian Abu Nawas persis seperti ayahnya.

Sang raja berniat untuk mengangkat Abu Nawas sebagai pejabat istana menggantikan posisi ayahnya sebagai hakim. Namun setelah prosesi pemakaman ayahnya selesai, tiba-tiba perilaku Abu Nawas mendadak berubah.

Ia bertingkah seperti orang gila. Abu Nawas mengambil batang daun pohon pisang lalu menaikinya dan berlari pulang menuju ke rumahnya. Semenjak itu, ke manapun Abu Nawas pergi ia selalu berlari dengan menaiki batang daun pohon pisang.

“Apa yang terjadi denganmu, wahai Abu Nawas?” tanya salah seorang warga. “Memangnya ada yang salah denganku? Aku keliling kampung dengan menaiki kuda. Apakah aneh?” jawab Abu Nawas.

Semua warga pun semakin yakin kalau Abu Nawas memang menjadi gila. Ada juga yang beranggapan Abu Nawas gila setelah ditinggal kepergian ayahnya. Desas-desus Abu Nawas menjadi gila sampai juga ke telinga sang raja, padahal sang raja berniat untuk mengangkat Abu Nawas menjadi hakim.

Baca Juga: Cerita Humor Abu Nawas Menyebut Raja Budak hingga Menjualnya ke Orang Arab Badui

Karena merasa tak yakin dengan kabar tersebut, lalu sang raja memerintahkan beberapa utusan istana untuk memanggil Abu Nawas. Sesampainya di rumah Abu Nawas mereka berkata, ”Hai Abu Nawas, kamu disuruh ke istana untuk menghadap Raja sekarang juga,”

Abu Nawas menjawab, “Ada keperluan apa paduka memanggilku? Bilang saja aku sedang sibuk,” 

“Kamu tidak boleh berkata seperti itu, wahai Abu Nawas!” ucap salah satu utusan istana. “Apa kalian buta? Aku sedang sibuk memandikan kuda,” hardik Abu Nawas sambil membasuh batang pisangnya dengan air.

“Sudah, kalian pulang saja dulu. Nanti aku menyusul,” ucap Abu Nawas dan melemparkan debu ke arah mereka.

Para utusan istana langsung berlarian balik ke istana. Setibanya di istana, sang raja Harun Abu Nawas bertanya mana Abu Nawas. “Kenapa tidak bersama kalian?”

“Ampun, Paduka yang mulia. Ternyata kabar yang beredar di masyarakat benar adanya, Abu Nawas memang sudah benar-benar gila, ia menganggap batang daun pohon pisang sebagai kuda, bahkan ia mengusir kami dengan menaburi debu ke arah kami,” jawab mereka.

“Lalu bagaimana menurut pendapat kalian dengan rencana saya yang akan mengangkat Abu Nawas menjadi hakim?” tanya sang raja. Salah satu penasehat istana menjawab, “Kiita tunggu saja, dulu Paduka yang mulia. Mungkin Abu Nawas masih depresi dengan kepergian ayahnya. Tunggulah sampai 40 hari atau 100 hari,”

Usulan tersebut akhirnya disetujui oleh sang raja.

Sementara itu Abu Nawas yang masih berperilaku seperti orang gila sambil selalu menanti kabar adanya pengangkatan hakim yang baru. Tapi ternyata pihak istana masih menantikan Abu Nawas untuk menjadi hakim.

Maka selama itu pula Abu Nawas terus-menerus bertingkah layaknya orang gila. Setelah 100 hari berlalu, pihak istana tidak menjumpai perubahan pada Abu Nawas. Mereka menganggap Abu Nawas masih tetap gila bahkan gilanya semakin menjadi-jadi.

Baca Juga: Cerita Abu Nawas: Imam Syafi’i Menangis Saat Membaca Syair Terakhirnya Sebelum Meninggal

Akhirnya dengan terpaksa Raja Harun Al Rasyid mengangkat orang lain untuk dijadikan hakim. Mendengar kabar berita tersebut, Abu Nawas yang tadinya bertingkah gila saat itu juga langsung berubah kembali menjadi Abu Nawas yang semestinya.

Ia pun mengucapkan syukur karena tidak jadi diangkat menjadi hakim. Beberapa hari kemudian Abdul Nawas dipanggil ke istana untuk menghadap Paduka Raja. “Apa yang menyebabkan berpura-pura gila, wahai Abu Nawas? Tapi setelah jabatan hakim diberikan kepada orang lain sifat gilamu mendadak waras. Padahal aku menginginkanmu untuk menjadi hakim,” ucap sang raja.

Abu Nawas menjawab, “Wasiat Ayahku mengatakan supaya aku menolak menjadi hakim tapi sekeras apapun aku menolaknya, pasti Paduka yang mulia akan memaksa saya menduduki jabatan hakim. Kalau aku menolaknya, pasti Paduka akan menghukum saya. Oleh sebab itulah agar saya terhindar dari hukuman dan juga tidak diangkat jadi hakim, maka saya berpura-pura gila. Sang raja pun memahami keinginan Abu Nawas.

Demikian uraian cerita Abu Nawas yang berpura-pura gila setelah ditinggal wafat oleh ayahnya.***

Editor: Abdul Hamid

Sumber: Humor Sufi Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x