Penanggalan Hijriah dimulai dengan bulan Muharram dan oleh Sultan Agung kemudian diberi nama bulan Suro.
Pada saat itu, Sultan Agung mencoba untuk mengubah sistem kalender Saka yang merupakan perpaduan dari kalender asli Jawa dan Hindu.
Sultan Mataram yang terbesar tersebut kemudian menggabungkan kalender Saka dengan penanggalan Hijriah.
Ini adalah hal yang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari, sementara kalender Hijriah berdasarkan pergerakan bulan.
Baca Juga: Apa Itu Air Desa? Cek dalam 41 Teka-teki MPLS Terlengkap yang Sering Muncul di SMP hingga SMA
Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang terpecah antara Kejawen dan Islam.
Masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat menggunakan kalender Hijriah, sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.
Kepercayaan Kejawen menganggap bulan Suro sebagai bulan istimewa karena dianggap sebagai kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa yang membebaskan rakyat dari cengkeraman makhluk gaib raksasa dan juga sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.