Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Raumanen Karya Marianne Katoppo

- 4 November 2020, 16:55 WIB
Novel marianne/ 4 november 2020
Novel marianne/ 4 november 2020 /

 

UTARA TIMES- Sebagai gadis yang berusia delapan belas tahun, Raumanen (oleh teman-temannya dipanggil Manen) mempunyai masa depan yang masih sangat panjang.

Kesibukannya berkuliah sekaligus menjadi aktivis gerakan mahasiswa sebenarnya cukup menjanjikan masa depan yang indah.

Baca Juga: Naskah Nusantara, perpusnas menyimpan 13.000 Naskah kuno

Namun, setelah Monang datang membawa sebakul harapan manis, Manen bagaikan hidup dalam remang kegelapan.

Apa yang telah Monang lakukan pada Manen terus membayangi diri Manen kemanapun ia pergi. Hal tersebut menimbulkan konflik batin dalam dirinya.

Pertama, pertentangan antara keinginan dan nilai, yakni pertentangan antara id berupa gejolak rasa suka terhadap Monang dengan superego yang menerima anggapan teman-temannya bahwa Monang adalah lelaki yang gila perempuan.

Baca Juga: Singapura di Undang Luhut Masuk Dalam Proyek Mangrove

Di sini terjadi ketidakselarasan antara keduanya yang kemudian menyebabkan ego dalam diri Manen tertekan. Pada kenyataannya, Manen memutuskan untuk tetap menganggap Monang sebagai kekasihnya.

Oleh sebab itu, hubungan mereka sebetulnya tidak mendapatkan simpati dari teman-teman Manen. Hal inilah yang kemudian membuat Manen cemas dan tidak tenang.

Baca Juga: Upah Panwascam Tidak Sepadan Dengan Resiko

Kedua, gelisah menghadapi akibat perbuatannya sendiri, yakni id baru yang seharusnya dipenuhi karena kali ini tidak bertentang dengan superego, tidak terpenuhi.

Akibatnya, batin Manen selalu terusik. Hubungannya dengan Monang tidak menghadirkan kebahagiaan.

Meskipun Manen menuruti dorongan id yang semula bergejolak dalam dirinya, namun tidak serta-merta jiwanya merasa tentram.

Setelah menjalin kasih dengan Monang, Manen lebih sering merasa gelisah. Ia merasa Monang tidak cinta kepadanya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Roadmap Untuk Olimpiade 2032

Berkali-kali ia coba memastikan itu pada Monang, tapi Monang tidak pernah menjawabnya dengan tegas seperti yang Manen inginkan.

Ketiga, pertentangan antara keinginan dengan kenyataan, yakni id Manen tak bisa dipenuhi karena superego tidak menghendaki itu.

Manen melakukan mekanisme pertahanan diri berupa agresi yang dialihkan. Ini adalah puncak dari konflik yang menempa batinnya selama berhubungan dengan Monang.

Baca Juga: K-Drama Yang Tayang di Bulan November

Sebagaimana mekanisme pertahanan ego yang dicetuskan Freud, Manen melakukan tindakan agresi yang dialihkan. Hal ini disebabkan ego-nya tidak tahu harus melampiaskan kemarahan pada siapa.

Ia tak cukup melampiaskan kemarahan pada Monang yang tidak bisa menghadirkan solusi. Apalagi tidak ada tanda-tanda Monang akan benar-benar menikahi Manen setelah Monang mengatakan bahwa ibunya adalah orang yang keras kepala.

Baca Juga: Kehawatiran Fans di Balas Britney Spears

Maka dari itu, agres yang dialihkan Manen adalah dengan cara mengakhir hidupnya. Peristiwa itu dilakukannya sepulang dari tempat praktik Philip.***

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x