UTARA TIMES- Beredar di media sosial sebuah surat terbuka yang ditanda tangani Napoleon Bonaparte.
Surat terbuka itu ditulis oleh tersangka penerimaan suap dari terpidana kasus Garong uang rakyat Bank Bali Djoko Tjandra.
Napoleon Bonaparte mengungkapkan alasan melakukan penganiayaan kepada Muhammad Kace didalam surat terbuka tersebut.
"Sebenarnya saya ingin berbicara langsung dengan saudara-saudara semua, namun saat ini saya tidak dapat melakukannya," ujar Napoleon dalam surat sebagaimana dikutip Utara Times dari Pikiran Rakyat
Napoleon kemudian mengungkapkan aksi penistaan agama yang dilakukan Muhammad Kace menjadi alasan penganiayaan terhadapnya.
"Siapa pun bisa menghina saya, tapi tidak terhadap Allahku, Al-Quran, Rasululloh SAW, dan akidah Islamku. Karenanya, saya bersumpah akan melakukan tindakan terukur apa pun kepada siapa saja yang berani melakukannya," lanjut Napoleon Bonaparte.
Perbuatan Muhammad Kace dan oknum penistaan agama menurut Napoleon sudah sangat membahayakan bagi persatuan bangsa.
"Perbuatan Kace dan beberapa orang tertentu telah sangat membahayakan persatuan, kesatuan, dan kerukunan umat beragama di Indonesia," kata Napoleon Bonaparte.
Dia juga menyayangkan tindakan pemerintah yang belum juga take down video penistaan agama yang beredar di medsos
"Saya sangat menyayangkan bahwa sampai saat ini Pemerintah belum juga menghapus semua konten di media, yang telah dibuat dan dipublikasikan oleh manusia-manusia tak beradab itu," ujar Napoleon Bonaparte.
Lebih lanjut, Napoleon menegaskan akan bertanggung jawab atas penganiayaan yang telah dilakukannya kepada Muhammad Kace.
"Saya akan mempertanggungjawabkan semua tindakan saya terhadap Kace, apa pun reskionya." ucap Napoleon Bonaparte.
Sebelumnya diketahui, Bareskrim Polri pada 26 Agustus 2021 menerima laporan polisi (LP)Nomor 0510/VIII/2021/Bareskrim.Polri pada tanggal 26 Agustus 2021.
Laporan tersebut berasal dari Muhammad Kace tersangka penistaan agama yang melaporkan atas kasus penganiayaan yang menimpanya di sel tahanan Rutan Bareskrim Polri.
Selanjutnya Polisi melakukan penyelidikan hingga membawa 3 saksi, dan akhirnya diungkap sosok yang dilaporkan adalah Napoleon Bonaparte.***