Kejagung Ungkap Korupsi Surya Darmadi Capai Angka 104 Trilliun

31 Agustus 2022, 16:05 WIB
Fadhil Zumhana Jampidum Kejagung.\/Kejagung Ungkap Korupsi Surya Darmadi Capai Angka 104 Trilliun /Uma Farhan/PMJ NEWS

UTARA TIMES Kasus Korupsi Surya Darmadi yang awalnya hanya 78 Trilliun kini Kejagung mengungkap angka kerugian bertambah hingga 104,4 trilliun.

Awalnya Surya Darmadi alias Apeng ditangkap KPK karena korupsi yang dilakukannya hingga merugikan negara sebesar 78 trilliun.

Namun pada Selasa kemarin Kejaksaan Agung menerangkan bahwa kasus korupsi yang dilakukan Surya Darmadi, pemilik PT Duta Palma ini bertambah hingga tembus 104 trilliun.

Peningkatan jumlah korupsi yang dilakukan Surya Darmadi itu ditemukan penyidik usai investigasi lebih lanjut dan perhitungan sejumlah indikator terkait.

Baca Juga: Update Terbaru, Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Awal bulan September ini, Simak Selengkapnya

Setelah ditelusuri Utara Times dari Antaranews, Korupsi 104 Trilliun yang dilakukan Surya Darmadi ini berdampak pada perekonomian negara.

Hal ini diterangkan oleh jaksa muda tindak pidana khusus kejaksaan agung Febrie Adriyansyah, ia mengatakan bahwa menurut penyidik korupsi Surya Darmadi dari 78 trilliun menjadi 104 trilliun setelah dilakukan perhitungan.

“Awal penyidik menyampaikan (kerugian) 78 trilliun, sekarang sudah perhitungan hasil yang diserahkan kepada penyidik dari BPKP itu kerugian negara Rp.4,9 trilliun untuk keuangan untuk kerugia perekonomian negara senilai Rp.99,2 trilliun sehingga nilai ini ada perubahan dari awal penyidik temukan,” Kata Febrie saat gelar konferensi pers Kejagung Jakarta Selasa lalu.

Baca Juga: Terlihat Tegar, Ternyata Bharada E Trauma Masuk Kembali ke Rumah Dinas Ferdy Sambo

Dalam konferensi pers tersebut, Deputi Badan Investigasi BPKP Agustina Rumsari menyampaikan beberapa indikator yang digunakan penyidik selama investigasi kasus korupsi 104 trilliun yang dilakukan Surya Darmadi tersebut.

Indikator tersebut diselidiki auditor BPKP dan ditemukan adanya alih kawasan hutan memadai kebun tanpa adanya pemisahan kawasan hutan, adanya upaya suap kepada pihak tertentu untuk memperoleh izin alih kawasan hutan.

Arumsari juga menyebutkan temuan fakta dan bukti baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada tindakan yang merugikan negara.

Baca Juga: Update Terbaru, Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Awal bulan September ini, Simak Selengkapnya

“tentu saja seluruh proses dan fakta yang ditemukan oleh penyidik secara langsung dan secara tidak langsung berdampak bagi kerugian negara maupun perekonomian negara.” Kata Arumsari

“Sesuai ketentuan yang berlaku, kami hitung dengan jumlah untuk kerugian keuangan negara ada yang USD sebesar 7,8 juta dolar AS atau sekitar 114 milliar, kemudian yang lainnya ada provisi sumber daya hutan, ada fakta-fakta kerusakan hutan itu sehingga ada biaya pemulihan kerusakan lingkungan yang jika dijumlah semuanya berjumlah Rp. 4,9 trilliun,” lanjutnya.

Baca Juga: Liverpool vs Newcastle Live dimana, Jam Berapa? Berikut Jadwalnya Lengkap dengan Prediksi Susunan Pemain

Diketahui, Surya Darmadi alias Apeng diduga melakukan peguasaan pada lahan sawit seluas 37,095 Hektar, hal inilah yang membuat negara rugi dan kehilangan hak dalam pemanfaatan hutan berupa reboisasi dan Provisi sumber daya hutan.

Dalam konferensi pers tersebut, penyidik telah menyita dan menyerahkan barang bukti berupa uang tunai yang diperoleh Surya Darmadi atas korupsi Rp.104 trilliunnya itu.

Yang mana uang tunai tersebut didapat dari hasil kegiatan bisnis perkebunan kelapa sawit PT Duta Palma Group milik Surya Darmadi sebanyak Rp. 5,12 trilliun, 11,4 juta dolar AS, dan 646 dolar Singapura. Jumlah tersebut dititipkan Kejaksaan Agung kepada Bank Mandiri.

Perlu diketahui uang sebanyak Rp. 5,1 trilliun ini bukan hanya di titipkan kepada Bank Mandiri, ada beberapa bank lainnya.” Kata kepala pusat penerangan hukum Kejagung.

Demikian informasi terkait kasus korupsi yang dilakukan Surya Darmadi alias Apeng yang lakukan tindak kasus korupsi yang merugikan perekonomian negara hingga 104 trilliun.***

Editor: Anas Bukhori

Tags

Terkini

Terpopuler