Harga Minyak Dunia Kembali Turun

- 14 November 2020, 10:06 WIB
Kilang minyak lepas pantai.*
Kilang minyak lepas pantai.* /

UTARA TIMES - Saat ini marga minyak dunia kembali mengalami perubahan terbarunya yang disebabkan oleh sejumlah faktor.

Seperti halnya minyak mentah jenis Brent misalnya untuk pengiriman Januari turun 75 sen atau 1,7 persen ke level 42,78 dollar AS per barel di London ICE Futures Exchange pada akhir sesi perdagangan Jumat, 13 November 2020 waktu setempat atau Sabtu, 14 November 2020 WIB pagi.

Baca Juga: Syaima Salsabila diringkus Kasat Narkoba Polres Jakarta barat

Hingga kemudian, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turut mengalami pelemahan 99 sen atau 2,4 persen ke level 40,13 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange pada sesi perdagangan yang sama.

Sebagaimana dikutip Utara Times dari Pikiranrakyat-depok.com. Melemahnya harga minyak dunia yang terjadi pada saat ini terdorong oleh peningkatan produksi di Libya.

Baca Juga: Tekan Kemiskinan, Anggaran Bansos 2021 Ditambah Rp30,5 triliun dari 2020

Selain itu, harga minyak dunia tertekan oleh lonjakan kasus virus corona atau Covid-19 yang masih melanda mayoritas negara dunia sehingga menyebabkan melemahnya tingkat permintaan bahan bakar.

Meski demikian, para pelaku pasar minyak mendapatkan harapan atas vaksin Covid-19 yang telah menunjukan progres yang baik.

Baca Juga: Sedang Menghadapi Kesulitan? Berikut Do'a Meminta Kemudahan dan Kelancaran

Produksi minyak Libya telah meningkat menjadi 1,2 juta barel per hari, seorang sumber di industri minyak di negara itu yang enggan menyebutkan nama mengatakan terjadi kenaikan 1,0 juta barel per hari yang dilaporkan pada 7 November oleh perusahaan minyak negeri Afrika Utara itu yakni National Oil Corp.

Menurut data Baker Hughes, tanda-tanda peningkatan produksi di Amerika Serikat (AS) menambah sentimen bearish.

Baca Juga: Pajak Mobil Baru 0 % Ditolak, Kemenperin : Padahal Banyak Yang Diuntungkan Termasuk Industri Kecil

Jumlah rig minyak AS naik 10 menjadi 236 rig minggu ini, hal tersebut menjadi yang tertinggi sejak Mei.

"Intinya, beberapa faktor perasaan baik dari vaksin Pfizer telah hilang dan angka-angka EIA (Energy Information Administration red.) yang mengecewakan telah menciptakan sedikit koreksi turun," kata Kepala Penelitian Komoditas BNP Paribas, Harry Tchilinguirian.

Baca Juga: Inter Milan Unggul Atas Monza, Gol Satu Satunya Diciptakan Striker Muda I Nerzzuri Usia 17 Tahun

"Namun, OPEC+ bersiap untuk menyesuaikan produksinya dan kami masih menunggu hasil uji coba vaksin lain yang mungkin lebih mudah didistribusikan karena tidak memerlukan penyimpanan dingin seperti itu," tuturnya.***

Editor: Nur Umar

Sumber: Bogor.Pikiran-rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x