Baca Juga: Menyeramkan! Ini Detik-detik Widya Mengejar Bima Memasuki Tipak Talas yang Angker di KKN Desa Penari
Setelah bergelut dengan batin, Sugik akhirnya mengambil keputusan, ia membanting setir, membuat mobil menepi, lantas dari sudut matanya, ia melihat Sri tampak gelisah, ketakutan, ia pasti sudah melewati hari yg berat bersama Atmojo, namun, ini masih detail kecil, ia belum tahu
bahwa nama Atmojo, hanya sebuah kejutan kecil bila dibandingkan dengan peristiwa yg menimpa Kuncoro, satu peristiwa yg membuat Sugik lupa cara tidur tanpa kembali ke peristiwa tragis yg akan terus membuntuti kisah hidupnya, selamanya
"pesta kematian keluarga Kuncoro" batin Sugik
Sugik duduk, menghisap rokok, lantas, matanya menerawang jauh, ia masih ingat setiap detail satu persatu bagaimana pembantaian itu terjadi, termasuk, bagaimana ia menyaksikan didepan mata kepala sendiri, bagaimana kepala manusia bisa dipenggal hanya dengan sekali tebasan parang
Sri yg sedaritadi bingung, mendekati Sugik, Sri tampak hati-hati, namun, Sugik membalas tatapan ngeri Sri dengan senyuman palsu, ia tidak mau menambah traumatik yg dialami gadis itu, lantas, Sugik bertanya pada Sri,
"Sri ngerti sopo Atmojo?" (Sri tahu siapa Atmojo?)
"Atmojo iku, siji tekan 7 ragat trah, sing nyekel nang kene" (Atmaja itu, satu dari 7 keluarga yg memiliki darah persekutuan, yg memegang wilayah disini) Sri, bingung
Sugik menghisap rokoknya lagi, lantas kemudian menatap Sri kembali, "nek Kuncoro, Sri wes eroh sopo?"
(kalau Kuncoro, Sri tahu mereka siapa?)
Sri semakin bingung
"Kuncoro iku, Trah salik, ndukure Atmojo" (Kuncoro, memiliki kedudukan lebih tinggi dari Atmojo) sahut Sugik, lantas, Sugik mengawasi reaksi dari Sri, matanya terbelalak kaget, apakah ini alasan Atmojo melakukan itu