Di jalan ramai warga desa yang mengikuti Widya. Widya mencuri dengar dari mereka yang bicara di belakang.
"Wes di goleki sampe Alas D********* jebule, maghrib kaet ketemu arek iki, aku wes mikir elek. (sudah dicari sampai ujung Hutan *********** gak taunya baru ketemu maghrib anak ini, aku sudah mikir buruk)."
Sehari semalam, Widya rupanya sudah menghilang.
Ketika Widya melihat rumah penginapan mereka, Widya melihat banyak sekali orang berkumpul di sana, dan saat mata mereka melihat Widya, semuanya hampir tercengang tidak habis pikir. Seperti melihat hantu lalu, terlihat dari dalam, Pak Prabu keluar, wajahnya mengeras melihat Widya.
Mata Pak Prabu mendelik, melihat Widya.
"Tekan ndi ndok (dari mana kamu nak)?"
Widya tidak menjawab apa yang Pak Prabu tanyakan, si ibu juga menenangkan Pak Prabu agar tenang, sembari menggiring Widya masuk ke rumah, Widya mendengar Nur menjerit, menangis, seperti kesetanan.
Saat Widya masuk dan melihat apa yang terjadi, Widya melihat ruangan itu dipenuhi orang yang duduk bersila. Mereka mengelilingi 2 orang yang terbujur, tubuhnya ditutup selendang, diikat dengan tali putih, menyerupai kafan, Wahyu dan Anto menatap kaget saat Widya masuk.
"Wid, tekan ndi awakmu (dari mana kamu Wid)?" ucap Nur yang langsung memeluk Widya.
"Onok opo iki Nur (ada apa ini Nur)?"