Si sopir tampak geram sembari memasang wajah sengit, "teros gak mok perikso nduwe perkutut ta gak?" (terus gak kamu periksa lebih dulu, dia punya perkutut atau tidak?)
Si kernet tampak bingung, "ora bos, waktune mepet soale"
"ngeten mawon mbah" ucap si sopir, "peyan bayar piro ae, kulo purun" (anda bayar berapa saja, saya terima)
Si mbah menatap tajam sebelum tersenyum licik, "teros, cah lanang iki gawe opo?" (lalu, si anak lelaki ini buat apa?)
Si sopir terdiam sebelum mengambil parang di mobil
Si sopir mendekati anak lelaki itu, menjambak rambutnya sebelum menghunus parang tepat di tenggorokan, si kernet membuang muka, ia tak tega melihat pemandangan itu sementara si lelaki tua mengamatinya tampak seperti menikmatinya
Hujan turun semakin deras,
"hop" (berhenti) kata si lelaki tua, "wes tak ramute cah iki, mene bakal dadi ajengku" (sudah biar aku rawat anak ini biar jadi penerusku)
Si sopir mengurungkan niatnya menatap si lelaki tua,