"Lah bos, aku wes nuruti lambemu, wes tak" (Lah bos, saya sudah nuruti mulutmu sudah tak) belum selesai bicara, si sopir berteriak "taek!! masuk"
Si sopir dan kernet masuk kembali ke dalam mobil setelah menutup bak belakang, mobil kembali melaju tenang, tanpa mereka sadari, di antara anak-anak itu ada satu yg masih terjaga, ia tahu apa yg terjadi bila ia menunjukkan dirinya dalam kondisi terjaga kemana mereka di bawa
Mobil berhenti di sebuah jalan setapak, sudah berkali-kali mereka bertemu dengannya namun tempat pertemuan selalu berubah-ubah, si kernet menatap si sopir, "cak, wes iki terakhir ae, ojok urusan ambek menungso model ngunu, sampeyan gak eroh arek iki bakal di apakno kan"
(mas, sudahi saja, jangan berurusan sama manusia kaya gini, kamu gak tau kan mau di apakan anak-anak ini)
"menengo, aku gak ngurus soal iku, sing penting duwike akeh" (diam saja, aku gak peduli soal itu, yg penting duitnya banyak)
tak beberapa lama, terlihat seseorang muncul
Ia mendekati mereka dengan kereta kuda, di atasnya ada seorang lelaki tua yg mengenakan penutup kepala, dia yg sudah di tunggu oleh mereka,
"wes, siapno arek-arek iku, tangane juragan wes teko"
(sudah siapkan anak-anak, tangan kanannya sudah datang)