Bisnis Sultan Ageng Berefek Baik bagi Ekonomi Banten, VOC Sangat Kesal, Rencanakan Balas dendam

11 November 2020, 08:16 WIB
Ilustrasi perkiraan wajah Kesultanan banten Ke -5 /Wikipedia

UTARA TIMES- Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pahlawan nasional yang lahir dikesultanan Banten pada tahun 1631. Beliau meninggal dunia pada tahun 1692. Genap pada 60 tahun Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, namun hasil dari perjuangannya tetap mengharumkan namanya sampai saat ini.

Sultan Ageng Tirtasa menjadi Sultan Banten ke-6 pada tahun 1651. Ayahnya bernama Abdul Maali Ahmad, menjadi Sultan Banten ke-5 pada tahun 1640-1650. Sebelum ayahnya menjadi Sultan, kakek dari Sultan Ageng Tirtayasa juga pernah menjadi Sultan Banten yang ke-4, beliau bernama Sultan Abdul mafakhir.

Baca Juga: Usia Anak Saat Membantu Pekerjaan Rumah

Perjuangan yang pernah ditempu oleh Sultan Ageng Tirtaysa sangatlah deramtis. Pencapaian gemilang yang pernah ditorehkan membuat Banten menjadi daerah yang disegani oleh colonial Belanda.

Belanda melalui VOC mengadakan sebuah perjanjian yang menerapkan monapoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.

Baca Juga: Jrx Minta Hukuman Percobaan

Baca Juga: Diduga Alami Serangan Jantung, Seorang Lansia Meninggal di Tengah Kerumunan FPI

Sultan Ageng Tirtasa adalah pemimpin yang selalu memperhatikan rakyatnya, ia tidak mau kontrak atau kesepakatan yang dibuat oleh Belanda pada akhirnya dapat merugikan Kesultanan Banten. Tentu saja hal tersebut akan melukai hati masyarakat Banten.

Maka dari itu segala akses laut yang memudakan Belanda melakukan perdagangan semuanya ditutup, dengan tujuan menghambat gerak Belanda dalam melaukan perdagangan.

Baca Juga: Garam Hitam, Yuk Tilik Manfaatnya

Kemudian, Sultan Ageng Tirtayasa meperkuat perjanjian dengan negara-negara eropa lainnya seperti Denmark dan Inggris. Hasil bumi secara besar akhinya dapat dikelola oleh masyarakat Banten.

Dalam meningkatkan perhatiannya terhadap masyarakat Banten, Sultan Ageng Tirtayasa membuka lahan sawah baru serta meningkatkan irigasi. Perjuangan ini membwa Bnaten kepada masa kegemilangannya.

Merasa dirugikan, Belanda tidak hanya diam begitu saja. Perktik yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtasa tentu saja berdampak buruk bagi kesejahtraan kolonial Belanda, khusunya pada kegiatan perekonomian.

Baca Juga: Pemerintah Yakini AI Akan Mendongkrak Ekonomi di Masa Depan

Belanda dengan cara yang keji membuat politik adu domba, antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anak pertamanya. Nama anak pertama dari anak Sultan Ageng Tirtasa adalah Sultan Haji.

Belanda menghasut Sultan Aji agar melawan ayahnya sendiri, karena Sultan Haji mengira ayahnya akan memberikan jabatan Kesultananya kepada adik kandungnya, yaitu Pangeran Purbaya.

Baca Juga: Rahayu Supanggah Meninggal Dunia, ISI Merasa Sangat Kehilangan

Kolonial Belanda dengan Sultan Haji pada akhirnya sepakat untuk melawan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Dari peristiwa itu, akhinya Sultan Ageng Tirtasa ditangkap oleh Belanda pada tahun 1683 dan dibuang ke Batavia hingga menemui kematiannya di penjara pada tahun 1962.

Sampai sekarang cerita dari perjuangan ini selalu diingat oleh masyarakat Banten, bahkan nama Sultan Ageng Tirtayasa dijadikan nama, jalan dan lembaga pendidikan di Banten. Tentu saja ini merupaka upaya masyarakat Banten dalam menghargai dan mengapresiasi perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa.***

Editor: Anas Bukhori

Sumber: Berbagai sumber utara times

Tags

Terkini

Terpopuler