Renungan Ramadhan Hari Ke-5 : Mendalami Konsep Ikhlas

17 April 2021, 04:35 WIB
Ilustrasi ikhlas /Pixabay/mucahityildiz

UTARA TIMES - Ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 2021 merupakan kegiatan yang padat dilakukan oleh umat muslim. Mulai dari sahur hingga ibadah sholat tarawih di malam hari menjadi cara kita mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Kegiatan ibadah Ramadhan 2021 ini senantiasa dilakukan karena banyaknya ladang pahala dan amal yang dilipatgandakan oleh sang Maha Pencipta.

Oleh karena itu, kita akan merugi jika menyia-nyiakan momentum bulan Ramadhan 2021 ini.

Baca Juga: Dukung Indonesia Co-chair pada COP 26 FACT Dialogue, Airlangga: Peran Aktif Indonesia Sangat Nyata

Namun, terkadang dalam melaksanakan ibadah kita masih belum sepenuhnya melakukan dengan niat dan tulus atau dalam konsep agamanya dikenal dengan ikhlas.

Hal ini masih banyak dijumpai oleh sebagian dari kita bahwa ibadah yang dilakukan semata-mata mengharapkan suatu balasan.

Padahal landasan beragama memiliki kunci yaitu ikhlas. Gus Ulil menyampaikan bahwa ikhlas adalah mengerjakan sesuatu murni sebagai bentuk pengabdian kita sebagai hamba kepada Tuhan, Allah Swt.

Baca Juga: Akun Youtube Gen Halilintar Dihack, Atta Halilintar: Ramaikan Report ke Pihak Youtube

Adapun hal yang menjadi cobaan bagi orang yang beriman adalah melakukan ibadah demi mendapatkan efek sosial atau paling tidak terlihat ada di depan orang banyak.

Tak jarang kita jumpai lingkungan sosial di mana orang menjadi saleh, alim, dan bahkan rajin beribadah adalah sesuatu yang dianggap “keren” dan mendatangkan pujian.

Menurut Syekh Ibnu Ajibah bahwa tingkatan ikhlas terbagi menjadi tiga yaitu ikhlas awam, ikhlas khawwaash, dan ikhlas khawwash al-khawwassh. Sederhananya level ikhlas orang biasa, kaum elit, dan elitnya orang elit.

Baca Juga: Intip Kegiatan Ngopi Santai di Kantor Staf Presiden

Ikhlas kelas orang-orang umum ialah meniadakan pamrih duniawi yang berasal dari manusia dalam beribadah. Ia hanya ingin pamrih di hadapan Tuhannya saja.

Ikhlas kaum elit adalah mengerjakan sesuatu dengan pamirh pahala. Jadi, kita melaksanakan sholat agar mendapatkan suatu balasan, masuk surga misalnya.

Sedangkan ikhlas tertinggi adalah mengerjakan sesuatu tanpa pamrih apa pun selain murni pengabdiannya kepada Allah Swt.

Baca Juga: Sinopsis Film Fight Back To School III Malam Ini Pukul 23.00 di Bioskop Trans TV, Misi Terakhir Stephen Chow

Ikhlas semacam ini dicerminkan oleh Rabiah Al-Adawiyyah, seorang Sufi perempuan. Ia memiliki doa dengan kalimat yang terkenal yaitu,

“Tuhan, jika aku menyembahMu demi surgaMu, Halangilah aku masuk ke sana. Jika aku menyembahMu agar terhindar dari neraka, cemplungkanlah diriku di dalamnya. Jika aku menyembahMu karena demi cinta, janganlah halangi aku dari diriMu”.

Kesimpulan yang bisa dipetik dari uraian tersebut adalah bahwa ikhlas merupakan kata yang mudah diungkapkan, tetapi bukan hal yang mudah untuk dikerjakan.

Baca Juga: Kapal VLCC Pertamina Resmi Dibuka, Erick Thohir: Talenta dan Pengoperasian Berstandar Internasional

Ikhlas tersembunyi di sudut paling dalam hati manusia. Hanya dirinya dan Tuhannya yang mengetahui hal itu.

Ikhlas adalah kondisi rohani. Caranya dengan melatih secara konsisten dan menahan setiap godaan untuk “pamer” di depan umum.

Tantangan kita di era digital seperti sekarang adalah bagaimana cara agar beribadah tanpa mengharap adanya liputan media atau perhatian publik.

Baca Juga: Sinopsis Film Dredd Malam Ini di Bioskop Trans TV Pukul 21:30 WIB, Kota Futuristik Mega City One Amerika

Apalagi di tengah-tengah kehidupan sosial saat ini yang memaksa orang tampil religius di muka umum.***

Editor: Rosma Nur Riana

Sumber: Buku Karya Gus Ulil “Menjadi Manusia Rohani”

Tags

Terkini

Terpopuler