Tak jarang kita jumpai lingkungan sosial di mana orang menjadi saleh, alim, dan bahkan rajin beribadah adalah sesuatu yang dianggap “keren” dan mendatangkan pujian.
Menurut Syekh Ibnu Ajibah bahwa tingkatan ikhlas terbagi menjadi tiga yaitu ikhlas awam, ikhlas khawwaash, dan ikhlas khawwash al-khawwassh. Sederhananya level ikhlas orang biasa, kaum elit, dan elitnya orang elit.
Baca Juga: Intip Kegiatan Ngopi Santai di Kantor Staf Presiden
Ikhlas kelas orang-orang umum ialah meniadakan pamrih duniawi yang berasal dari manusia dalam beribadah. Ia hanya ingin pamrih di hadapan Tuhannya saja.
Ikhlas kaum elit adalah mengerjakan sesuatu dengan pamirh pahala. Jadi, kita melaksanakan sholat agar mendapatkan suatu balasan, masuk surga misalnya.
Sedangkan ikhlas tertinggi adalah mengerjakan sesuatu tanpa pamrih apa pun selain murni pengabdiannya kepada Allah Swt.
Ikhlas semacam ini dicerminkan oleh Rabiah Al-Adawiyyah, seorang Sufi perempuan. Ia memiliki doa dengan kalimat yang terkenal yaitu,
“Tuhan, jika aku menyembahMu demi surgaMu, Halangilah aku masuk ke sana. Jika aku menyembahMu agar terhindar dari neraka, cemplungkanlah diriku di dalamnya. Jika aku menyembahMu karena demi cinta, janganlah halangi aku dari diriMu”.
Kesimpulan yang bisa dipetik dari uraian tersebut adalah bahwa ikhlas merupakan kata yang mudah diungkapkan, tetapi bukan hal yang mudah untuk dikerjakan.