UTARA TIMES - Kudeta oleh pasukan militer membuat Myanmar makin bergolak. Dua orang demonstran tewas ditembak oleh aparat.
Kudeta yang dimulai pada 1 Februari lalu itu kian hari kian memanas. Myanmar kini sepenuhnya dikuasai oleh militer.
Buntut dari penyanderaan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi, adalah protes besar-besaran dari para demonstran.
Kabar terbaru mengungkapkan dua domenstran tewas oleh aparat. Berdasarkan keterangan yang dilansir Utara Times dari The Guardian, ada seseorang yang ingin dikenal dengan nama Hla (perempuan), menerangkan runtut peristiwa demonstrasi pada Minggu, 21 Februari 2021.
Sebagaimana dikutip Utara Times dari The Guardian seseorang dengan nama Hla (perempuan), menerangkan runtut peristiwa demonstrasi yang terjadi pada Minggu, 21 Februari 2021. Kabar terbaru mengungkapkan buntut dari protes besar-besaran Myanmar hingga menewaskan dua demonstran oleh aparat.
Hla mengatakan bahwa polisi telah berjanji untuk mundur jika massa bubar, tetapi ketika massa bubar, petugas menuduh dengan tongkat dan menyerang para demonstran.
Polisi memblokir jalan, memaksanya untuk berlindung di lingkungan terdekat di mana dia mengatakan pasukan keamanan menembakan gas air mata ke rumah-rumah. Hla juga melihat seorang pria paruh baya yang ditembak di bagian perut dan lututnya.
"Peluru menembus dan saya bisa melihat ligamennya," katanya.
Lebih lanjut, Hla menerangkan bahwa tindakan brutal yang mengerikan itu terjadi setelah kerumunan mengikuti instruksi polisi, dari kejadian tersebut sehingga menimbulkan trauma.
“Pasukan keamanan juga menembaki ambulans karena yang terluka dibawa pergi oleh sukarelawan medis,” ungkapnya.
Menurut keterangan yang disampaikan Hla bahwa ada banyak darah di sana. Para demonstran sudah meminta agar polisi berhenti menembak dengan mengangkat dan melambaikan tangan, tapi itu tidak berhasil.
Selain Hla, ada keterangan lain melalui laman Facebook yang diberikan oleh seorang pekerja medis.
Dia membagikan foto di Facebook di mana dirinya terlihat di samping seorang pria terluka yang kepalanya diperban sedang duduk di belakang truk polisi.
"Saya memohon kepada polisi untuk membebaskannya atau setidaknya memberi saya waktu 15 menit untuk menjahit kepalanya," tulisnya.
“Tapi itu tidak ada gunanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menyuruhnya bertahan di sana dan mengoleskan obat pada lukanya."
Dia juga mengatakan bahwa pasukan keamanan telah menembak ke rumah-rumah dan kompleks biara.
Seorang pekerja medis yang tidak diketahui namanya tersebut berkata tentang pemuda lain yang meninggal setelah ditembak di kepala: "Tidak ada yang bisa saya lakukan ... kecuali menangis."
Sedikitnya 30 orang terluka dalam tindakan brutal itu. Menurut saksi mata, beberapa demonstran telah menembakkan ketapel ke arah polisi, yang menanggapi dengan gas air mata dan tembakan.
Dalam insiden lain di Yangon pada Sabtu malam, seorang penjaga malam ditembak dan dibunuh.
Layanan Radio Free Asia Burma mengatakan polisi telah menembaknya tetapi tidak dijelaskan alasannya.***