Diketahui, China kian hari semakin agresif dalam perselisihan di Laut Natuna Utara melawan Amerika Serikat dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
China terpantau cepat bergerak melatih pasukan militer di darat, air, maupun udara demi mempersiapkan keamanan negara jika sewaktu-waktu perang meletus.
Alasan tersebut AS menggaet negara-negara yang bersengketa dengan China untuk dijadikan sekutu melawan negeri tirai bambu itu.
China bahkan disebut telah memproduksi sejumlah senjata untuk memperkuat angkatan militer mereka.
Aksi China itu tentu membuat negara-negara yang selama ini berselisih seperti AS dan beberapa negara di Asia semakin terpojok.
Meski pemimpin AS telah berganti dengan Joe Biden saat ini. Menurut penilaian para pengamat ketegangan antara China dan AS tidak kunjung membaik.
Bulan lalu AS telah memperingatkan China untuk berhenti mengintimidasi Taiwan, setelah pesawat tempur China terbang ke zona pertahanan udara pulau tersebut, selama beberapa hari berturut-turut.
Pasukan China bahkan berani mensimulasikan serangan terhadap kapal induk AS di wilayah tersebut.