Wakil kepala BPIP sampaikan Inklusivitas Santri dalam rangka peringatan HSN 2020

- 23 Oktober 2020, 15:36 WIB
Wakil kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ,. kamis 22 Oktober 2020
Wakil kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ,. kamis 22 Oktober 2020 /Amos/

 

UTARA TIMES-- Prof. Hariyono sebagai Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berbicara terkait pengertian santri sebagai pelajar yang ulung dan relatif bersikap terbuka dengan wacana keilmuan.

Ia tidak bersepakat bila santri dipandang sebagai golongan kolot dan cenderung ekslusif hanya karena tinggal dilingkungan pesantren yang jauh dari dunia luar.

" istilah santri itu mengacu pada orang-orang yang gemar belajar dan tekun berguru kepada siapapun. Dalam bahasa Jawa, kata santri ditautkan dengan kata cantrik yang bermakna 'orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya'. Tradisi dalam pesantren, umumnya mendidik para santrinya untuk mencari ilmu kepada banyak guru atau kiai" Ungkap Hariyono dalam acara webinar Hari Santri Nasional, Kamis 22 oktober 2020.

Baca Juga: Tokoh Muda NU sebut Santri terdidik sebagai Petarung

Santri dapat belajar secar relatif inklusif, artinya dapat menerima informasi baru, rasional serta modern.

"Dalam beberapa literatur, umumnya santri itu adalah pembelajar, dan ketika ia belajar relatif inklusif, relatif bisa menerima informasi yang baru, baik sifatnya rasional, sekuler sampai yang sifatnya mistik. Mayoritas santri itu belajarnya pada banyak guru," lanjut hariyono

Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Malang ini menuturkan, kendati santri sering dilekatkan pada orang-orang muslim yang notabene menempuh pendidikan di pesantren, namun istilah santri bisa ditafsirkan secara luas. "Yaitu orang yang berjiwa pembelajar," katanya.

Hariyono mengungkapkan hal tersebut karena melihat dikotomi antara kaum abangan dengan santri seringkali dijadikan komoditas politik dalam kontestasi politik hingga menimbulkan penajaman konflik di tanah Jawa. Baik santri di pesantren maupun kaum abangan, keduanya menurut Hariyono tidak meniscayakan penegasian terhadap karakter kesantrian.

Halaman:

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x