3 Relasi Kehidupan dalam Novel Harimau Harimau Karya Mochtar lubis, Novel Penuh Sarat Nilai

14 November 2020, 20:28 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan. /PIXABAY/ID/Ylvers /

UTARA TIMES- Novel Harimau-Harimau (1975) merupakan sebuah karya dari Mochtar Lubis seorang yang lebih dikenal sebagai wartawan. Novel ini berlatarkan desa dan hutan di Sumatera. Banyak pembelajaran moral dan kehidupan yang digambarkan dalam novel ini melalui kacamata budaya.

Koentjaraningrat (1993) menyatakan bahwa nilai budaya itu dikelompokkan berdasarkan lima kategori hubungan manusia, yaitu

Baca Juga: VR Expeditions Akan di Hapus Dari Google

Baca Juga: Buaya Jelmaan Dibawa Pulang dan Disambut Warga

(1) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan

(2) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam,

(3) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat,

(4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain, dan

(5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Berikut adalah nilai budaya yang tergambar dalam novel Harimau harimau karya Mochtar Lubis.

Hubungan manusia dengan manusia
Aspek hubungan antara manusia dengan manusia tergambar pada tokoh buyung yang merasa iba kepada istri Wak Hitam yakni Siti Rubiah. Buyung memiliki rasa keinginan untuk menolongnya walaupun ia sendiri kebingungan dengan caranya.

Baca Juga: Mengejutkan, Kelelahan Sebagai Salah Satu Gejala Covid-19

Baca Juga: Bebarengan Piala Dunia U-20, Liga 1 Bisa Jadi Vakum Lagi

Buyung begitu peduli terhadap Siti Rubiah karena ia mengetahui bahwa Siti Rubiah hidup dengan menderita bersama suaminya Wak Hitam. Ia tidak tega untuk tidak membantu, bahkan tokoh Buyung sendiri memiliki keyakinan bahwa kezaliman wajib dilawan.

Hubungan Manusia dengan Tuhan
Pada novel ini digambarkan dalam peristiwa yakni tokoh-tokohnya melakukan sembahyang sebagai keyakinan diri atas penciptanya. Novel ini menunjukan bahwa terdapat hubungan religiusitas antara manusia dengan tuhannya. Tokoh Buyung, Pak Haji, Wak Katok, Sutan, Balam, Talib, dan Sanip melakukan ritual atau pemujaan terhadap agamanya yakni Islam. Mereka bertujuh melaksanakan sholat Maghrib dengan berjamaah.

Baca Juga: Jisoo 'BLACKPINK', Pemeran Utama Drama 'Snowdrop'

Hubungan Manusia dengan Alam
Nilai budaya yang menonjol dalam hubungan manusia dengan alam adalah nilai penyatuan dan pemanfaatan daya alam. Pada novel Harimau harimau, penyatuan dan pemanfaatan daya alam terlihat latar dalam cerita novel ini secara tidak langsung berada di dalam hutan dan pedesaan yang masih asri. Hal tersebut menandakan bahwa sejatinya dalam nilai budaya, manusia tak lepas memiliki hubungan dengan alam sekitar sebagai penyatuan dan pemanfaatan dalam kehidupan.

Dimensi Penghayatan
Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension) adalah perasaan keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan, tenteram saat berdoa, tersentuh mendengar ayat kitab suci, merasa takut berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, dan sebagainya.

Peristiwa ketika tokoh-tokoh dalam novel sedang melaksanakan sholat berjamaah, namun Buyung masih terbayang-bayang akan dosanya dengan Rubiah. Hal ini yang membuat dirinya mencoba berkomunikasi dengan Tuhan secara khusyu dan berharap dosa-dosanya diampuni oleh Allah Swt.

Baca Juga: Ferrari Hadirkan SF90 Stradale Hybrid

Novel ini juga menggambarkan tentang manusia setelah mendapat musibah akan cenderung menginsyafi dosa yang telah diperbuatnya. Hal ini pada umumnya terjadi pada kebanyakan manusia.

Tokoh pak Balam setelah semalam diterkam harimau dan hampir tewas seketika menganggap bahwa musibah yang menimpanya merupakan balasan atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya dan bahkan ia berulang kali memerintahkan teman-temannya yang lain untuk mengakui dosa-dosa yang selama ini mereka lakukan dan segera bertaubat.***

Editor: Anas Bukhori

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler