Kisah Perseteruan Dua kelompok Kebudayaan Pasca Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945

- 12 November 2020, 16:58 WIB
Ilustrasi pahlawan.
Ilustrasi pahlawan. /Facebook/Kemensos RI

Baca Juga: Prajurit Ditahan Gegara Nyanyi Menyambut Kedatangan Habib Rizieq, TNI AU Ingatkan Aturan Bermedsos

Dalam SKG itu tertulis:
Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat… Revolusi bagi kami adalah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan (Supartono, 2000: 94).

Bagi Gelanggang, kebudayaan lama mengingatkan akan kebudayaan yang tertindas, tidak bernyawa. Maka dari itu, mereka hendak menciptakan sendiri kebudayaan baru dari hasil interaksi dengan realitas global.
Di pihak lain, Lekra melakukan hal yang sama, yakni menerbitkan pandangannya dalam Mukadimah Lekra di tahun yang sama pula.

Baca Juga: Sering Diabaikan, Ini 7 Efek Buruk Penggunaan Tusuk Gigi

Di sana tertulis:
Demikian pula kebudayaan Indonesia kuno tidak akan dibuang sepenuhnya, tetapi juga tidak ditelan mentah-mentah. Kebudayaan kuno akan diterima dengan kritis untuk meninggikan tingkat kebudayaan Indonesia baru yaitu kebudayaan demokrasi rakyat… Untuk ini kami yang bersedia menjadi pekerja Kebudayaan Rakyat mempersatukan diri dan menyusun kekuatan untuk bertahan serta mengadakan perlawanan terhadap setiap usaha yang hendak mengembalikan kebudayaan-kolonial, kebudayaan kuno, yang reaksioner itu (Supartono, 2000: 94).

Baca Juga: Drama Pemecatan Johnny Depp, Warner Bros Carikan Pengganti

Sudah jelas bahwa Lekra menginginkan kebudayaan Indonesia harus berpihak pada rakyat. Produk-produk kebudayaan harus mengusung kepedulian terhadap rakyat. Ini yang menjadi titik tekan Lekra, di mana itu tidak dilakukan Gelanggang.

Kebaruan yang didengungkan Chairil dan kawan-kawan dianggap kurang memerhatikan rakyat Indonesia, terutama kaum buruh dan tani.

Baca Juga: Tanaman Herbal Ini Cocok Ditanam di Sekitar Rumahmu

Selain itu, kelompok ini juga terkesan ingin berjalan di koridornya sendiri, tidak beriringan dengan lazimnya orang-orang di zaman kemerdekaan, karena inilah seniman Gelanggang sering dicap individualis.

Halaman:

Editor: Anas Bukhori

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x